Sangatta – Minggu, 29 September 2024, menjadi hari yang istimewa bagi jemaat Gereja Katolik Santa Theresia Sangatta. Di tengah gemerlap perayaan ulang tahun ke-25 gereja ini, lebih dari 4.000 jemaat dan masyarakat berkumpul merayakan Pesta Perak, sebuah momen penuh suka cita yang tak hanya menggambarkan pencapaian gereja, tetapi juga keberagaman dan kebersamaan yang tumbuh subur di Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
Acara yang megah ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting daerah, termasuk Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim, Jimmi, yang turut berbaur dalam kebahagiaan umat Katolik Paroki Santa Theresia. Selain Jimmi, hadir pula Anggota DPRD Kutim Yusuf Silambi, calon Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, dan Uskup Agung Samarinda, Mgr. Yustinus Harjosusanto, yang memimpin misa dan memberikan berkat bagi jemaat.
Jimmi, yang juga merupakan politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), tak hanya menghadiri acara ini sebagai tamu, tetapi juga memberikan apresiasi mendalam atas keberagaman yang terlihat di Kutai Timur. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menjaga keharmonisan dan toleransi di tengah keberagaman agama, suku, serta adat istiadat yang ada di daerah ini.
“Kami sangat mengapresiasi Gereja Katolik Santa Theresia Sangatta yang berhasil menyelenggarakan acara sebesar ini. Ini adalah contoh nyata bagaimana keberagaman bisa tumbuh subur di Kutim, dan kami berharap keberagaman ini dapat terus dijaga dalam proses pertumbuhan bersama,” ujar Jimmi.
Pemimpin dengan Visi Keberagaman
Di tengah pidatonya, Jimmi juga menyoroti pentingnya pemimpin yang memiliki pemahaman mendalam mengenai keberagaman. Menurutnya, di wilayah yang begitu kaya akan keragaman seperti Kutai Timur, pemimpin harus mampu menyatukan berbagai golongan dan diterima oleh semua lapisan masyarakat.
“Pemimpin yang kita butuhkan adalah yang bisa menyatukan keberagaman. Pemimpin yang memiliki kesederhanaan hati, kebersihan jiwa, dan mampu mengakui eksistensinya sebagai manusia yang melayani masyarakat,” jelas Jimmi penuh harap.
Pesan tersebut tidak hanya menyentuh hati jemaat yang hadir, tetapi juga menjadi refleksi bagi para calon pemimpin di masa mendatang, termasuk Ardiansyah Sulaiman, calon Bupati Kutim yang turut hadir dalam acara tersebut. Kehadirannya memperlihatkan dukungan terhadap nilai-nilai kebersamaan dan pluralitas yang diusung gereja.
Gereja sebagai Simbol Kebersamaan
Pesta Perak ini menjadi lebih dari sekadar perayaan ulang tahun bagi Gereja Santa Theresia. Dengan kehadiran ratusan jemaat dari berbagai latar belakang, acara ini menjadi simbol kebersamaan dan harmoni di tengah perbedaan. Gereja tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga wadah untuk memperkuat persatuan di Kutai Timur.
Mgr. Yustinus Harjosusanto, dalam khotbahnya, juga menggarisbawahi pentingnya kasih dan kebersamaan. “Dalam keberagaman, kita dipanggil untuk saling mencintai dan menjaga persaudaraan. Kutai Timur adalah contoh nyata di mana perbedaan bisa menjadi kekuatan,” katanya.
Pesta Perak ini menjadi pengingat bahwa meskipun Kutai Timur memiliki masyarakat yang sangat beragam, toleransi dan persatuan tetap menjadi pilar utama dalam membangun masyarakat yang harmonis. Gereja Katolik Santa Theresia, dengan 25 tahun perjalanannya, telah menjadi saksi sekaligus pelopor dalam mengembangkan semangat persaudaraan di antara berbagai kelompok masyarakat di Kutim.
Di penghujung acara, Jimmi menyampaikan harapannya agar momentum seperti ini dapat terus berlanjut, tidak hanya dalam perayaan gereja, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kutai Timur. “Mudah-mudahan ke depan, kita bisa terus sukses dalam keberagaman, tumbuh bersama sebagai satu kesatuan di Kutim,” tutupnya dengan penuh semangat.
Pesta Perak Gereja Katolik Santa Theresia Sangatta bukan hanya perayaan biasa. Ini adalah cerminan dari kekayaan budaya dan toleransi yang hidup di Kutai Timur. Di tengah perbedaan, gereja ini menjadi simbol bagaimana persatuan bisa tumbuh dalam keberagaman, membawa harapan bagi masa depan yang lebih inklusif di daerah ini.