Jember – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember terus menyalurkan insentif bagi para guru ngaji yang telah mengabdikan diri dalam membina pendidikan keagamaan di berbagai pelosok desa. Pada Rabu (8/10/2025), giliran Kecamatan Jelbuk yang menerima pencairan bantuan tersebut. Salah satu titik penyaluran berlangsung di Pendopo Balai Desa Panduman, dengan jumlah penerima sebanyak 51 orang guru ngaji.
Penyaluran insentif berjalan tertib dan lancar. Para guru ngaji tampak antusias mengikuti kegiatan yang menjadi wujud nyata perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan mereka. Program ini menjadi bagian dari komitmen Pemkab Jember untuk terus memperkuat sektor pendidikan agama nonformal dan menjaga semangat para pengajar Al-Qur’an di tingkat desa.
Salah satu penerima bantuan, Mahmud (72), warga Dusun Bacem, Desa Panduman, tak mampu menyembunyikan rasa syukurnya. Ia telah mengabdikan diri sebagai guru ngaji sejak tahun 1980, mengajar anak-anak di lingkungan sekitar secara sukarela.
“Kalau dulu santri saya ada 90 anak, tapi sekarang tinggal 15 anak. Selain mengajar ngaji, saya juga bertani. Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Bupati yang telah memperhatikan kami para guru ngaji. Alhamdulillah, pencairannya sekarang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya,” tutur Mahmud dengan wajah sumringah.
Program insentif guru ngaji yang dijalankan Pemkab Jember telah berjalan secara bertahap di berbagai kecamatan. Untuk wilayah Jelbuk, kegiatan pencairan pada hari itu mencakup enam desa, yakni Desa Jelbuk, Panduman, Sucopangepok, Suger Kidul, Sukojember, dan Sukowiryo.
Hal itu disampaikan oleh Kabag Kesra Pemkab Jember Hafid Nurul Yasin, melalui stafnya, Misnali. Ia menjelaskan, pembagian jadwal dilakukan agar proses penyaluran berjalan efisien dan tidak menimbulkan penumpukan massa di satu titik lokasi.
“Untuk jadwal pagi dilaksanakan di Desa Jelbuk, Panduman, dan Sucopangepok. Sedangkan jadwal siang di Desa Suger Kidul, Sukojember, dan Sukowiryo,” jelas Misnali saat ditemui di lokasi.
Misnali menambahkan, Pemkab Jember juga memastikan bahwa seluruh penerima insentif telah melalui proses verifikasi data guna menjamin ketepatan sasaran program. Pemerintah ingin memastikan bahwa bantuan ini benar-benar diterima oleh guru ngaji aktif yang mengabdikan diri di masyarakat.
Sementara itu, Bupati Jember Muhammad Fawaid menegaskan bahwa tahun 2025 menjadi tahun dengan jumlah penerima insentif guru ngaji terbanyak dalam sejarah Kabupaten Jember. Tercatat sekitar 22 ribu guru ngaji telah masuk dalam daftar penerima bantuan.
“Penyaluran tahun ini kita lakukan dengan cara yang lebih terhormat dan terorganisir, sebagai bentuk apresiasi kepada para guru ngaji yang telah berperan penting dalam membangun karakter generasi muda,” tegas Bupati Fawaid.
Menurutnya, program ini bukan hanya sekadar bantuan finansial, tetapi juga merupakan bentuk penghargaan moral terhadap peran strategis para guru ngaji sebagai pendidik akhlak dan penjaga nilai-nilai spiritual masyarakat. Mereka, katanya, adalah figur yang berperan besar dalam menjaga generasi muda agar tidak kehilangan arah di tengah derasnya arus globalisasi.
“Guru ngaji bukan hanya mengajarkan bacaan Al-Qur’an, tetapi juga menanamkan nilai moral, sopan santun, dan akhlak mulia. Mereka adalah pelita di tengah masyarakat yang harus terus kita jaga dan hormati,” ujarnya.
Bupati yang dikenal dekat dengan kalangan ulama itu juga menekankan pentingnya kesinambungan program ini setiap tahun. Pemerintah daerah, kata Fawaid, akan terus memperbaiki mekanisme pencairan agar lebih cepat, transparan, dan mudah diakses oleh para penerima.
“Program ini bukan sekadar formalitas. Kami ingin memastikan setiap guru ngaji di Kabupaten Jember benar-benar merasakan perhatian dari pemerintah,” tambahnya.
Langkah Pemkab Jember menyalurkan insentif secara berkala ini mendapat sambutan positif dari masyarakat dan tokoh agama. Mereka menilai, kebijakan tersebut tidak hanya meningkatkan kesejahteraan para guru ngaji, tetapi juga memperkuat eksistensi pendidikan agama di tingkat akar rumput.
Bagi banyak guru ngaji di pedesaan, bantuan ini menjadi penopang penting untuk terus mengajar di tengah keterbatasan ekonomi. Meski sebagian besar dari mereka tidak mengharapkan imbalan, perhatian pemerintah dianggap mampu memberikan dorongan moral yang besar.
“Bagi kami, mengajar ngaji adalah pengabdian, bukan pekerjaan. Tapi dengan adanya perhatian dari pemerintah, kami merasa dihargai,” ujar Mahmud sambil tersenyum.
Melalui program insentif ini, Pemerintah Kabupaten Jember berharap dapat memperkuat peran guru ngaji dalam membentuk generasi Qurani yang berkarakter dan berakhlak mulia. Ke depan, Pemkab berencana memperluas cakupan program agar seluruh guru ngaji di pelosok desa dapat menikmati manfaat yang sama.
Dengan semangat “Ngaji Membangun Jember”, pemerintah daerah menegaskan bahwa pembangunan tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada pembinaan rohani dan moral masyarakat—di mana para guru ngaji menjadi garda terdepannya. (ADV)