Peta kolonial tua menyimpan jejak penting yang jarang diungkap tentang Bontang. Jauh sebelum dikenal sebagai kota industri, wilayah ini hanyalah kampung pesisir yang sunyi. Namun sejak awal abad ke-20, perhatian mulai tertuju ke kawasan ini—bukan karena pantainya, melainkan karena potensi besar yang tersimpan di dalam perut buminya.
Ketika pemerintah kolonial Belanda mulai memetakan Kalimantan Timur, sejumlah titik di pesisir Kutai, termasuk Bontang, dicurigai memiliki kandungan batu bara dan gas alam. Meski belum ada pengeboran besar-besaran, catatan arsip menyebutkan adanya survei awal dan kegiatan eksplorasi sederhana. Ini menjadi momen awal yang diam-diam membentuk masa depan kota ini.
“Bontang belum kota saat itu, hanya kampung nelayan,” ujar salah satu sejarawan lokal. Namun posisi strategis di jalur pelayaran Selat Makassar membuatnya tak pernah benar-benar sepi dari perhatian.
Sebelum era industri gas, batu bara adalah komoditas tambang utama. Endapan di sekitar Bontang dan Muara Badak digunakan secara lokal dan sebagian kecil diekspor. Selain itu, kayu dari hutan tropis menjadi komoditas penting dalam sistem konsesi kolonial. Meski tidak tergolong tambang mineral, eksploitasi ini memperkuat ekonomi berbasis ekstraksi.
Masyarakat lokal Kutai, bersama para pendatang seperti Bugis dan Bajau, menjadi tenaga penggerak awal. Mereka membuka jalur, mengangkut logistik, hingga menyediakan transportasi laut. Peran mereka kerap tak tercatat, namun tanpa kerja keras mereka, tidak akan ada fondasi ekonomi seperti hari ini.
Memasuki masa kemerdekaan, perhatian terhadap sumber daya alam semakin besar. Kajian oleh pemerintah pusat dan Pertamina mengarah pada temuan besar: cadangan gas alam skala dunia ditemukan pada 1970-an. Inilah cikal bakal lahirnya proyek raksasa seperti PT Badak LNG (1974) dan PT Pupuk Kaltim (1977), yang kemudian mengubah wajah Bontang secara drastis.
Eksplorasi awal itu kini menjadi warisan tak ternilai. Ia membuka jalan bagi budaya ekonomi industri yang mendominasi Bontang hari ini. Lebih dari sekadar catatan sejarah, eksplorasi tambang menjadi akar dari transformasi sosial, budaya, dan teknologi di wilayah ini.
Dari pemetaan sederhana di masa lalu, kini berdiri kota dengan infrastruktur modern dan kontribusi energi kelas dunia. Inilah bukti bahwa setiap langkah kecil bisa membawa perubahan besar di masa depan.
