Sidoarjo – Sudah tiga minggu berlalu sejak jembatan utama di Desa Tambak Cemandi, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo ambruk. Namun hingga Kamis (23/10/2025), belum ada tanda-tanda perbaikan dari pemerintah daerah. Akses antarwilayah pun masih terputus, membuat warga kesulitan beraktivitas, kehilangan penghasilan, dan mengalami krisis air bersih.
Ketua RW 01, Kasian (45), mengatakan bahwa warga akhirnya bergotong royong membangun jembatan darurat dari bambu agar aktivitas tetap berjalan. “Alhamdulillah, kami bersama warga dan pemilik kolam pemancingan berinisiatif membuat jembatan bambu. Setidaknya bisa dilalui motor, meskipun seadanya,” ujarnya di lokasi jembatan.
Ia menjelaskan, upaya masyarakat membangun jembatan permanen sempat terhambat karena larangan dari pihak kecamatan. “Ada warga yang mau menyumbang besi untuk jembatan baru, tapi tidak diizinkan karena jalan ini termasuk aset kabupaten. Jadi besi itu kami pakai untuk membuat jembatan darurat,” katanya.
Kasian mengaku kecewa karena janji perbaikan belum juga terealisasi, meski Wakil Bupati Sidoarjo Hj. Mimik Idayana telah meninjau lokasi beberapa waktu lalu dan berjanji jembatan akan dibangun pada akhir Oktober 2025. “Sampai sekarang belum ada alat berat atau pemenang tender yang datang. Kami mohon, tolong segera bangun jembatan ini sebelum air rob datang pertengahan bulan depan. Kalau tidak, tambak-tambak bisa tenggelam dan rumah warga kebanjiran,” ujarnya penuh harap.
Dampak ekonomi akibat putusnya jembatan dirasakan hampir seluruh warga RW 1. Ida (38), pemilik warung ikan bakar di sekitar lokasi, mengaku penghasilannya turun drastis. “Biasanya sehari bisa dapat Rp200 sampai Rp300 ribu. Kalau akhir pekan bisa sampai Rp4 juta. Sekarang nyaris tidak ada pembeli karena akses terputus,” keluhnya. Ia berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan agar ekonomi warga kembali pulih.
Selain menurunkan aktivitas ekonomi, kerusakan jembatan juga menyebabkan krisis air bersih di wilayah timur jembatan. Wafdah, warga setempat, mengatakan bahwa suplai air dari tangki tak bisa masuk ke wilayahnya. “Sekarang warga harus bawa galon sendiri buat mandi dan masak. Pengeluaran jadi makin besar tiap hari,” ujarnya.
Kondisi serupa disampaikan oleh Iin, pemilik warung kopi di kawasan itu. “Biasanya warung ramai pemancing dan warga yang melintas. Sekarang sepi sekali. Yang paling parah memang air, susah banget didapat,” katanya.
Warga berharap janji pemerintah segera ditepati, mengingat jembatan Tambak Cemandi merupakan akses vital penghubung ekonomi dan sosial masyarakat Sedati. Tanpa perbaikan segera, mereka khawatir kondisi akan semakin memburuk saat musim hujan dan pasang air laut tiba.
