“Kalau cuma pintar tapi nggak bisa komunikasi, kadang kalah sama yang berani bicara,” ujar Maya Tsulistiani Rahman, lulusan Program Studi Keuangan dan Perbankan Politeknik Triguna Tasikmalaya. Ucapannya sederhana, tapi mencerminkan kedewasaan berpikir seorang mahasiswi yang baru saja menutup studinya dengan IPK 3,86.
Perempuan asal Banjar, Jawa Barat, yang kini tinggal di Leuwidahu, Tasikmalaya, ini mengaku tidak punya strategi belajar yang rumit. Ia memilih cara klasik namun efektif: belajar ulang setelah kelas usai. “Biasanya kalau udah beres kuliah, saya buka lagi buku-buku dan bahas materi yang udah disampaikan dosen. Jadi biar lebih nempel aja di otak,” tutur Maya dengan senyum ringan.
Di balik pencapaiannya, Maya mengakui bahwa dukungan para dosen dan lingkungan kampus punya peran besar. “Semuanya berpengaruh, terutama wali dosen dan ketua prodi. Mereka nggak pernah ngebiarin mahasiswa males-malesan. Supportive banget, bener-bener mendorong kita buat maju,” ucapnya penuh rasa syukur.
Tak hanya aktif di kampus, Maya juga menimba pengalaman di dunia profesional lewat magang di Bank BJB selama sekitar dua bulan. Dari situ, ia belajar menghadapi ritme kerja yang cepat dan menuntut ketelitian tinggi. “Beda banget sama di kelas. Tapi pengalaman itu justru bikin saya makin yakin sama pilihan bidang keuangan,” katanya.
Selama kuliah, Maya juga bekerja freelance untuk menambah pengalaman sekaligus melatih kemandirian finansial. Ia dikenal sebagai mahasiswa yang jarang mengeluh, bahkan ketika harus membagi waktu antara tugas kuliah dan pekerjaan sampingan.
Kemampuannya berbicara di depan publik menjadi nilai tambah tersendiri. Bakat itu ia asah sejak SMP dan SMA lewat kegiatan membaca puisi dan pidato. “Public speaking itu penting banget. Kadang orang pintar kalah karena nggak bisa nyampein idenya dengan baik,” ujarnya menegaskan.
Kini, setelah resmi menjadi fresh graduate, Maya tengah menikmati masa transisi menuju dunia kerja. Ia sudah mulai meniti karier, namun tetap punya cita-cita untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1. “Kalau ada rezeki dan waktu, pengin lanjut kuliah. Soalnya belajar itu bukan buat gengsi, tapi buat upgrade diri dan skill,” katanya mantap.
Maya percaya bahwa kesuksesan bukan hasil kebetulan, melainkan buah dari konsistensi dan niat yang tulus untuk berkembang. Dalam dirinya, tersimpan pelajaran sederhana: bahwa kerja keras tak selalu perlu sorotan, cukup dibuktikan dengan hasil yang berbicara.
