Bontang — Banjir rob yang kerap melanda wilayah pesisir Kota Bontang, Kalimantan Timur, terus menjadi perhatian publik. Tingginya genangan air yang merendam permukiman warga pesisir tidak hanya mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi juga mempengaruhi kondisi kesehatan serta stabilitas ekonomi masyarakat. Terlebih saat musim hujan atau pasang laut tinggi, intensitas banjir rob semakin sering terjadi. Melihat situasi ini, anggota Komisi A DPRD Kota Bontang, Saeful Rizal, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi banjir rob.
Saeful menegaskan bahwa keterlibatan masyarakat adalah kunci penting dalam upaya penanganan banjir di Bontang. Menurutnya, meski berbagai upaya teknis sudah dilakukan, peran serta masyarakat dalam menjaga lingkungan tetap menjadi faktor utama dalam mencegah dan mengurangi dampak banjir, baik itu banjir rob, banjir kiriman, maupun banjir akibat curah hujan yang tinggi.
“Masyarakat harus sadar bahwa kebersihan lingkungan, terutama saluran drainase, sangat berpengaruh terhadap risiko banjir. Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran air, yang akhirnya menyebabkan air menggenang dan banjir terjadi. Maka, penting bagi masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan,” kata politisi PKS ini di Gedung DPRD Kota Bontang, Selasa (22/10/2024).
Drainase yang Tidak Memadai Menjadi Faktor Utama Banjir
Berdasarkan hasil pengamatan dan laporan yang diterima oleh Saeful, salah satu penyebab utama banjir di wilayah pesisir Kota Bontang adalah minimnya kapasitas tampung drainase yang ada. Saluran drainase yang sudah ada dinilai tidak mampu menampung jumlah air yang datang, baik dari aliran hujan maupun air pasang yang semakin tinggi dari tahun ke tahun.
“Banjir terjadi karena daya tampung saluran air yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah air yang datang. Ketika kapasitas drainase tidak cukup besar, maka air akan meluap dan menyebabkan genangan yang berujung pada banjir,” ujar Saeful. Ia mengungkapkan, penanganan banjir ini memang bukan hal yang sederhana, karena melibatkan banyak faktor, salah satunya adalah cuaca yang tidak dapat diprediksi.
Mengatasi Kendala Cuaca dengan Meningkatkan Kapasitas Drainase
Menurut Saeful, kendala utama dalam penanganan banjir rob dan banjir lain di Bontang adalah faktor cuaca yang tidak bisa dikendalikan. Intensitas curah hujan yang tinggi, terutama di musim hujan, membuat air terus mengalir ke wilayah pesisir. Hal ini menjadi tantangan besar bagi sistem drainase kota yang dirasa belum memadai.
“Kita tidak bisa mengatur curah hujan atau menghentikan banjir kiriman. Oleh karena itu, solusi yang paling realistis adalah memperbesar kapasitas daya tampung saluran air. Dengan demikian, ketika air pasang atau curah hujan tinggi datang, saluran tersebut dapat menampung air lebih banyak,” jelas Saeful.
Selain memperbesar kapasitas drainase, Saeful juga menekankan perlunya kolaborasi antara pihak pemerintah dengan masyarakat dalam menjaga dan merawat fasilitas drainase yang ada. Ia mencontohkan, beberapa saluran drainase sering tersumbat karena sampah yang menumpuk. Sampah-sampah ini, lanjutnya, tidak hanya menghambat aliran air tetapi juga menyebabkan kerusakan pada infrastruktur drainase, sehingga biaya perawatan dan perbaikan semakin besar.
“Bukan hanya pemerintah yang harus bertanggung jawab atas keberlanjutan saluran drainase. Masyarakat juga memiliki peran penting dalam memastikan agar saluran air tetap bersih dan bebas dari sampah. Dengan kerja sama ini, saya yakin kita bisa mengurangi risiko banjir rob dan genangan lainnya di masa mendatang,” tambahnya.
Program Sosialisasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Sebagai bagian dari upaya penanggulangan banjir, Saeful mengusulkan adanya program sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Program ini diharapkan dapat membangun kesadaran kolektif bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Melalui sosialisasi, masyarakat akan lebih memahami dampak dari kebiasaan buruk seperti membuang sampah sembarangan, yang bisa memicu banjir dan menambah beban infrastruktur kota.
Tidak hanya sosialisasi, Saeful juga mendorong pemberdayaan masyarakat dalam bentuk pelatihan atau penyuluhan mengenai pengelolaan sampah yang baik dan benar. Menurutnya, jika masyarakat dibekali dengan pemahaman tentang bagaimana mengelola sampah rumah tangga dengan baik, seperti memilah sampah organik dan anorganik, maka risiko terjadinya penumpukan sampah di saluran air dapat dikurangi.
“Kita perlu mengedukasi masyarakat agar mereka paham tentang pentingnya kebersihan lingkungan. Sampah yang menumpuk tidak hanya mengundang penyakit, tapi juga berkontribusi besar terhadap masalah banjir di Bontang. Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi menjadi langkah penting yang harus kita perkuat,” ujarnya.
Pentingnya Infrastruktur yang Tangguh dan Berkelanjutan
Saeful Rizal menambahkan, agar penanganan banjir rob di Bontang dapat berjalan optimal, pemerintah juga harus memperhatikan pembangunan infrastruktur drainase yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Menurutnya, dengan melihat perkembangan situasi dan perubahan iklim saat ini, perencanaan infrastruktur harus dirancang untuk jangka panjang dan tidak hanya sekadar menanggulangi masalah sementara.
“Drainase yang kita bangun harus dirancang untuk bisa bertahan dalam jangka waktu panjang. Oleh sebab itu, harus ada kajian dan evaluasi yang serius dari pihak terkait agar drainase yang dibangun mampu menampung air dalam jumlah besar di masa depan. Jangan sampai kita hanya membangun dengan kapasitas yang kurang sesuai, yang akhirnya malah menyulitkan kita di kemudian hari,” tegas Saeful.
Menurut Saeful, penting juga bagi pemerintah untuk melakukan pemetaan wilayah banjir dan menetapkan area yang paling rentan terhadap banjir rob. Dengan adanya pemetaan ini, akan lebih mudah untuk menyusun program penanganan banjir yang spesifik dan tepat sasaran, sehingga dampak banjir dapat diminimalisir.
Harapan dan Rencana Jangka Panjang
Saeful Rizal berharap agar upaya kolaboratif ini dapat mengurangi risiko banjir di wilayah pesisir Bontang, terutama saat musim hujan dan gelombang pasang. Ia menekankan bahwa upaya penanganan banjir bukan hanya tentang tindakan cepat, tetapi juga tentang perencanaan yang berkesinambungan agar generasi mendatang tidak mengalami masalah yang sama.
Saeful juga mendorong pemerintah daerah untuk melakukan kajian terkait potensi banjir rob di masa depan, terutama terkait dampak perubahan iklim yang dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir. Menurutnya, jika tidak ada langkah nyata yang diambil, masyarakat Bontang akan terus menghadapi ancaman banjir rob yang mengganggu kesejahteraan hidup.
“Semoga dengan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyarakat, kita bisa menghadapi tantangan banjir rob ini. Kota Bontang harus menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk ditinggali, bebas dari ancaman banjir yang mengganggu,” tutup Saeful.