Mojokerto – Bulan Ramadhan membawa berkah bagi para pelaku usaha kuliner tradisional, termasuk Jariyah, pembuat kue koyah di Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg, Mojokerto. Jika di hari biasa ia hanya mengolah sekitar 5 kg ketan, kini selama Ramadhan pesanan melonjak drastis hingga mencapai 2 kuintal.
Kue koyah, yang terbuat dari ketan dan gula, tetap memiliki banyak penggemar meski tergolong jajanan kuno. Jariyah yang telah menekuni usaha ini selama tujuh tahun mengaku bahwa Ramadhan dan Lebaran adalah “musim panen” bagi dirinya. Dengan harga jual antara Rp20 ribu hingga Rp53 ribu per bungkus, omzetnya di bulan puasa ini bisa mencapai Rp10 juta.
Dalam pemasaran, Jariyah menawarkan beberapa pilihan kemasan, mulai dari kardus kecil berisi 100 biji, mika besar berisi 51 biji, hingga toples dengan berbagai ukuran, seperti 250 gram berisi 26 biji, 500 gram berisi 52 biji, dan toples 1 kg. Selain dijual di Mojokerto, produknya juga dikirim ke berbagai daerah di luar kota.
“Alhamdulillah, pesanan selalu meningkat saat Ramadhan. Bahkan, di tengah bulan puasa pun masih ada tambahan pesanan,” ujar Jariyah pada Selasa (4/3/2025).
Produknya kini tidak hanya beredar di Mojokerto, tetapi juga dikirim ke berbagai daerah di luar kota. Ia berharap bisnisnya terus berkembang dan semakin dikenal luas.
“Harapan saya, usaha ini bisa maju dan sukses. Semoga kue koyah semakin diminati di Mojokerto maupun luar daerah,” tuturnya.
Namun, ada tantangan dalam produksi kue koyah, terutama saat musim hujan. Proses pembuatannya sangat bergantung pada cuaca karena membutuhkan kondisi kering agar hasilnya maksimal.
“Kalau musim hujan, produksi jadi lebih sulit. Kami tidak bisa membuat dalam jumlah banyak,” jelasnya.
Dengan permintaan yang terus meningkat, Jariyah optimis usaha kue koyahnya akan semakin berkembang. Ramadhan menjadi momentum yang tepat untuk mengenalkan kembali kue tradisional ini kepada lebih banyak orang.