Jember – “Suara merdu ayat suci terdengar hingga ke jalan raya,” begitu kesan warga ketika Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) XXXI tingkat Provinsi Jawa Timur memasuki hari keempat pada Rabu (17/9/2025). Dari 12 titik pelaksanaan lomba, Alun-Alun Jember menjadi pusat perhatian karena menyuguhkan konsep panggung terbuka yang langsung bisa disaksikan masyarakat luas.
Berbeda dengan lokasi lain yang mayoritas berlangsung di dalam tenda, peserta di Alun-Alun tampil di atas panggung dengan sorotan lampu, sementara dewan juri tetap berada di tenda khusus. Konsep ini membuat masyarakat bebas menikmati lantunan ayat Al-Qur’an tanpa harus masuk ke arena resmi. Sebuah videotron besar juga dipasang agar pengunjung dapat menyaksikan penampilan peserta dengan jelas.
Herman (56), warga yang kerap berolahraga di sekitar alun-alun, mengaku terhibur dengan konsep tersebut. “Sekarang ada lomba MTQ, ya sekalian bisa lihat peserta di layar lebar dan dengarkan lantunan ayat suci. Tidak perlu masuk tenda, wong dari sini kelihatan,” ujarnya sambil tersenyum.
Selain itu, panitia juga menyiapkan layar khusus di setiap titik lomba yang menampilkan nilai peserta. Transparansi ini memberikan pengalaman baru bagi masyarakat yang ingin mengikuti jalannya kompetisi. Khusus di Jember, suasana semakin hidup dengan kehadiran ribuan penonton yang memadati area alun-alun.
Menurut Desi, salah satu panitia MTQ XXXI, momen malam hari menjadi daya tarik tersendiri. “Banyak pengunjung yang menggelar karpet di sekitar lokasi. Setelah peserta selesai melantunkan ayat suci, pemirsa bersorak meriah,” ungkapnya.
Adapun pembagian sesi lomba di Alun-Alun Jember berlangsung dalam dua waktu. Pagi hingga siang hari dimulai dengan Qira’at Mujawwadah pukul 08.00–12.00 WIB, sementara malam hari diisi cabang MTQ Dewasa pukul 19.30–24.00 WIB. Untuk babak final, panitia menjadwalkan pada Jumat (19/9/2025) dengan dua tahap: pukul 08.00–10.00 WIB dan pukul 10.00–12.00 WIB.
Dengan konsep terbuka ini, MTQ XXXI tidak hanya menjadi arena kompetisi bagi para qari’ dan qari’ah, tetapi juga menjadi tontonan religius yang memadukan hiburan dengan syiar Islam. Jember pun berhasil menghidupkan suasana religius di ruang publik, menghadirkan harmoni antara keindahan tilawah dan kebersamaan masyarakat. (ADV).
