Sangatta – Kabupaten Kutai Timur kini mencatatkan kemajuan yang signifikan dalam menurunkan angka keluarga berisiko stunting. Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutai Timur, Achmad Junaidi B, dalam pernyataannya pada peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-31, menegaskan bahwa upaya bersama telah berhasil mengurangi angka keluarga berisiko stunting secara drastis.
Mengutip hasil Audit Kasus Stunting (AKS), Junaidi mengungkapkan bahwa jumlah keluarga berisiko stunting mengalami penurunan tajam dari 19.900 keluarga pada semester kedua tahun 2023 menjadi 12.362 keluarga pada akhir September 2024. Sebuah pencapaian yang tidak bisa dianggap remeh, mengingat penurunan lebih dari 3.000 keluarga terjadi hanya dalam kurun waktu tiga bulan.
Dalam laporannya, ia juga menyampaikan bahwa jumlah anak yang teridentifikasi mengalami stunting di wilayah tersebut turun dari 1.801 anak pada Juni 2024 menjadi 1.748 anak pada September 2024. Penurunan ini menggambarkan kemajuan yang telah dicapai dalam waktu yang relatif singkat, terutama dengan Kecamatan Muara Bengkal menjadi wilayah dengan angka tertinggi, yakni 224 anak, sementara Kecamatan Batu Ampar berhasil mempertahankan angka terendah dengan hanya 5 anak stunting.
Namun, Junaidi tidak berhenti pada angka-angka. Ia menyadari bahwa untuk terus mempercepat penurunan ini, diperlukan kerja sama yang lebih erat antara pemerintah, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan lainnya. “Ini adalah tugas berat yang harus kita selesaikan bersama-sama, terutama oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa,” ujarnya dalam kegiatan yang bertema “Keluarga Berkualitas Menuju Indonesia Emas: Indonesia Bebas Stunting.”
Junaidi juga kembali menekankan pentingnya intervensi berbasis komunitas. Penyuluhan bagi ibu hamil dan balita menjadi prioritas utama, dengan dukungan penggunaan alat ukur antropometri yang terstandar. Intervensi gizi untuk ibu hamil dan balita, edukasi melalui posyandu, hingga pencatatan dan monitoring secara berkala juga menjadi kunci utama dalam strategi yang diterapkan di Kutai Timur.
Peran Keluarga: Kunci Peningkatan SDM
Sekretaris Daerah (Sekda) Kutai Timur, Rizali Hadi, yang mewakili Pjs. Bupati Agus Hari Kesuma, juga menekankan betapa vitalnya peran keluarga dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai bagian dari upaya menurunkan angka stunting. “Kesadaran akan pentingnya perencanaan pernikahan dan kehamilan, serta pola asuh yang baik, menjadi dasar untuk memastikan anak-anak tumbuh sehat dan siap menghadapi masa depan,” ucap Rizali dalam sambutannya.
Ia juga menyerukan perlunya sinkronisasi data antar dinas terkait, mengingat kebijakan yang efektif tidak dapat berdiri sendiri. Semua pihak harus berbagi informasi yang akurat agar kebijakan pemerintah daerah dalam menurunkan angka stunting berjalan lebih tepat sasaran.
“Peran semua dinas, terutama dalam hal penyediaan data yang akurat, sangat penting agar kebijakan yang dibuat tepat sasaran,” tambahnya, menegaskan pentingnya koordinasi antarlembaga.
Generasi Berencana: Mencetak Generasi Unggul
Salah satu program unggulan DPPKB yang diharapkan mampu mendukung penurunan stunting di masa depan adalah program Generasi Berencana (GenRe). Program ini bertujuan untuk membangun kesadaran di kalangan masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya menjaga kesehatan, pendidikan, dan perencanaan yang matang sebelum memasuki jenjang pernikahan dan membangun keluarga.
“Dengan adanya program GenRe, diharapkan masyarakat Kutai Timur dapat memahami pentingnya mencetak generasi yang sehat, cerdas, dan kuat,” tutur Junaidi.
Program ini sejalan dengan visi besar pemerintah untuk menciptakan keluarga yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan zaman di masa mendatang, menuju Indonesia Emas 2045.
Dengan semangat kebersamaan dan komitmen dari berbagai pihak, Kutai Timur semakin optimis dalam upayanya menekan angka stunting. Masyarakat dan pemerintah daerah telah menunjukkan langkah-langkah nyata untuk menciptakan generasi yang lebih sehat dan berkualitas, membawa harapan baru bagi masa depan daerah tersebut.
Melalui strategi komprehensif dan keterlibatan seluruh elemen, Kutai Timur menjadi contoh nyata bagaimana kerja keras dan kolaborasi dapat membawa perubahan positif dalam menanggulangi masalah kesehatan masyarakat seperti stunting.