Sidoarjo – Puluhan warga Desa Ngampel Sari, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, menggelar aksi unjuk rasa menolak pengurukan lahan milik perusahaan yang dianggap berpotensi merugikan warga Dusun Kedinding RT 01 dan RT 02. Aksi ini berlangsung pada Jumat (30/8/2024) di Desa Ngampel Sari. Warga khawatir, pengurukan lahan yang direncanakan dapat memperparah banjir yang sudah menjadi langganan di wilayah tersebut setiap musim hujan.
Anita Rahman (39), seorang warga RT 02 Dusun Kedinding, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak pengurukan lahan yang berdekatan dengan tanah miliknya. “Lahan ini berbatasan langsung dengan tanah saya. Kami tidak tahu apa yang akan dibangun di lahan itu, tapi yang kami khawatirkan jika lahan tersebut diuruk (ditinggikan), kampung kami akan semakin tenggelam saat musim hujan,” ungkap Anita dengan raut wajah cemas.
Anita juga menyebutkan bahwa sebelum adanya rencana pengurukan, wilayah mereka sudah kerap dilanda banjir. “Sekarang, dengan lahan diuruk, kemungkinan banjir akan semakin parah. Kami bahkan tidak pernah diajak rapat atau diberi penjelasan, hanya disuruh menandatangani sebuah surat. Setelah itu, saya menolak menandatangani karena tidak jelas,” tambahnya.
Lebih lanjut, Anita menyebutkan bahwa ketua RT setempat telah menerima kompensasi sebesar Rp 2 juta, namun warga tidak mengetahui rencana pembangunan apa yang akan dilakukan. “Harapan kami, semoga Pak Kades mendengar dan memikirkan solusi untuk masalah saluran pembuangan air agar nantinya tidak ada banjir lagi. Dahulu, sebelum ada pengurukan, lahan tersebut bisa digunakan untuk menanam padi atau dijadikan kolam pancing,” imbuhnya.
Keluhan serupa juga disampaikan Ilman Maulana, Kepala Dusun Kedinding. Ia menyatakan bahwa pihak desa sudah membahas masalah ini dengan warga dan telah mengusulkan agenda ini ke pemerintah desa. Namun, mengenai kapan realisasi solusi tersebut, ia mengaku belum bisa memastikan waktunya.
Situasi semakin memanas ketika Kepala Desa Ngampel Sari, Bambang Eko Sumarsono, datang ke lokasi unjuk rasa. Kehadirannya bukannya memberikan solusi, justru memperkeruh suasana. Sejumlah warga mengaku tersinggung dengan pernyataan kasar yang dilontarkan Kepala Desa kepada salah satu warga, “awakmu ketek opo uwong” yang artinya “kamu monyet apa orang”.
Saat dimintai klarifikasi oleh media, Bambang Eko Sumarsono menjelaskan bahwa pengurukan lahan tersebut dilakukan oleh pihak swasta, bukan tanah gogol gilir yang dikelola bersama oleh masyarakat. “Jika ini lahan gogol gilir, pasti semua warga akan kami libatkan,” jelasnya.
Bambang juga membenarkan bahwa kompensasi sebesar Rp 2 juta telah diberikan kepada ketua RT di Dusun Kedinding. Namun, ketidaktransparanan ketua RT membuat warga bingung mengenai penggunaan dana tersebut. “Warga hanya menginginkan solusi terkait banjir yang mungkin lebih parah jika lahan terus diuruk. Kami berharap pihak desa dapat memberikan solusi terbaik,” pungkas Bambang.
Bambang kemudian mengajak perwakilan warga yang melakukan aksi untuk berdialog di kantor Kelurahan Ngampel Sari, disaksikan oleh anggota Polsek dan Koramil Candi. Dialog ini diharapkan dapat menghasilkan solusi terbaik bagi semua pihak yang terlibat.
Aksi protes ini mencerminkan kekhawatiran warga akan dampak pembangunan terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Warga berharap pemerintah desa dapat lebih transparan dan responsif dalam menangani permasalahan ini, agar kesejahteraan dan keselamatan mereka tetap terjaga.