Melakukan kebaikan sering kali terasa berat, terutama jika kita belum terbiasa. Ada kalanya kita harus memaksa diri untuk berbuat baik, baik dalam ibadah maupun interaksi sosial. Dalam kitab Dzammul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa orang-orang saleh terdahulu terbiasa melakukan kebaikan tanpa paksaan. Namun, kondisi kita saat ini justru sebaliknya—sering kali harus dipaksa untuk berbuat baik. Maka dari itu, memaksa diri untuk berbuat baik adalah langkah awal untuk membentuk kebiasaan yang mulia.
1. Mengapa Kebaikan Butuh Paksaan?
Pada dasarnya, manusia cenderung mencari kenyamanan dan menghindari kesulitan. Jika tidak dibiasakan sejak dini, menjalankan ibadah seperti sholat tepat waktu, membaca Al-Qur’an, atau bersedekah bisa terasa berat.. Namun, jika kita selalu menunggu niat tulus tanpa usaha, bisa jadi kita tidak akan pernah memulainya.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Ayat ini menunjukkan bahwa perjuangan dalam melakukan kebaikan akan mendapat pertolongan dari Allah. Maka, meskipun terasa sulit, memaksa diri untuk berbuat baik adalah bagian dari perjuangan dalam meniti jalan kebenaran.
2. Membiasakan Kebaikan Hingga Menjadi Kebiasaan
Segala sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus akan menjadi kebiasaan. Awalnya berat, tetapi jika dilakukan secara konsisten, kebaikan akan terasa lebih ringan dan bahkan menjadi bagian dari diri kita. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini mengajarkan bahwa istiqamah dalam kebaikan lebih penting daripada melakukan kebaikan secara sporadis. Jika kita terbiasa memaksa diri untuk bangun sholat Subuh, lama-kelamaan tubuh akan terbiasa tanpa harus merasa berat. Begitu juga dengan ibadah lainnya, seperti membaca Al-Qur’an atau berinfak.
3. Memaksa Diri Menjauhi Keburukan
Selain memaksa diri dalam kebaikan, kita juga harus memaksa diri untuk meninggalkan keburukan. Godaan untuk bermalas-malasan, menunda sholat, atau berbicara buruk sering kali lebih mudah dilakukan dibandingkan berbuat baik. Jika tidak ada kontrol diri yang kuat, kebiasaan buruk bisa menguasai hati dan perilaku kita.
Allah berfirman:
“Dan adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga lah tempat tinggalnya.” (QS. An-Nazi’at: 40-41)
Dari ayat ini, kita belajar bahwa memaksa diri untuk menahan hawa nafsu akan membawa kita kepada keberkahan dan balasan yang lebih baik di akhirat.
Menjadikan Kebaikan sebagai Bagian dari Hidup
Memaksa diri untuk berbuat baik bukanlah hal yang negatif, tetapi justru sebuah proses latihan. Dengan terus berusaha dan membiasakan diri, kebaikan akan menjadi bagian alami dalam hidup kita. Jangan ragu untuk memulai, meskipun terasa sulit. InsyaAllah, seiring waktu, hati kita akan menjadi lebih ringan dalam menjalankan kebaikan.