Mojokerto – Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Jawa Timur kembali menangani kasus kekerasan terhadap anak yang memilukan. Sekretaris Jenderal Komnas PA Jatim, Jaka Prima, menyampaikan fakta-fakta terkait kasus penganiayaan yang dialami seorang anak oleh ayah tirinya di Mojokerto. Kasus ini mencuat setelah pihak sekolah dan warga sekitar melaporkan adanya indikasi kekerasan terhadap anak tersebut.
Berdasarkan investigasi yang dilakukan Komnas PA Jatim, ditemukan sejumlah fakta yang mengungkapkan betapa kejamnya perlakuan yang diterima korban. Jaka Prima menjelaskan bahwa timnya telah melakukan penelusuran mendalam dengan mewawancarai sejumlah pihak, termasuk kepala sekolah, guru, komite sekolah, dan ketua RT setempat.
Perilaku Anak di Sekolah: Dari Aktif hingga Pendiam
Salah satu fakta yang terungkap adalah perubahan perilaku anak di sekolah. Menurut keterangan kepala sekolah dan guru, anak tersebut sebelumnya dikenal sebagai siswa yang aktif, rajin, dan patuh terhadap gurunya. Namun, belakangan ini, anak tersebut terlihat lebih pendiam dan tidak banyak bicara.
“Anak ini sebelumnya sangat rajin dan bersemangat ke sekolah. Namun, beberapa waktu terakhir, dia terlihat lebih banyak diam dan tidak seceria biasanya,” ujar Jaka Prima saat memaparkan hasil investigasi.
Yang lebih memilukan, meskipun korban sering kali datang ke sekolah dengan kondisi luka dan memar, dia tetap bersikeras untuk bersekolah. Ketika pihak sekolah menanyakan penyebab luka-luka tersebut, korban hanya menjawab bahwa dia terjatuh. Padahal, luka-luka itu ternyata akibat pemukulan dan penyiksaan yang dilakukan oleh ayah tirinya.
Menyangkal Pengakuan Tersangka
Dalam pengakuannya, tersangka (ayah tiri korban) mencoba membenarkan tindakannya dengan menyebut bahwa korban sering memalak teman-temannya dan menonton video porno. Namun, klaim tersebut dibantah tegas oleh Komnas PA Jatim.
“Dari hasil penelusuran kami, tidak ada satu pun pengaduan dari teman-teman sekolahnya yang menyebutkan bahwa korban pernah memalak atau melakukan tindakan kenakalan lainnya. Korban juga tidak pernah terlihat merokok atau menonton video porno,” tegas Jaka Prima.
Kepala sekolah juga menyatakan bahwa selama ini tidak ada catatan kenakalan dari korban. Anak tersebut justru dikenal sebagai siswa yang rajin dan disiplin.
Kekejaman Ayah Tiri yang Mirip Psikopat
Fakta yang lebih mengerikan terungkap ketika Komnas PA Jatim mendalami tindakan kekerasan yang dilakukan oleh ayah tiri korban. Jaka Prima menyebutkan bahwa pelaku memiliki kecenderungan perilaku seperti psikopat.
“Pelaku sangat kejam dan tega terhadap anak. Korban tidak hanya dipukul, tetapi juga disiksa dengan berbagai cara. Tangan korban diikat menggunakan rantai, disetrum, disiksa dengan puntung rokok, dipukul dengan kayu, rantai motor, dan bahkan batako,” papar Jaka Prima.
Korban tidak berani melapor karena terus menerima ancaman dari ayah tirinya. Ketakutan yang mendalam membuat korban memilih untuk diam dan menahan segala penderitaan yang dialaminya.
Diduga Ada Korban Lainnya
Kasus ini diduga bukan yang pertama kali dilakukan oleh tersangka. Komnas PA Jatim menemukan indikasi bahwa ada korban lain yang juga mengalami perlakuan serupa. Bahkan, Ketua RT setempat mengaku pernah menerima laporan tentang seorang anak yang dipukul kepalanya menggunakan helm oleh tersangka.
“Kami menduga ada korban lain yang juga mengalami kekerasan dari pelaku. Ini menunjukkan bahwa pelaku memiliki pola tindakan yang kejam dan berulang,” tambah Jaka Prima.
Komnas PA Jatim Desak Hukuman Maksimal
Menanggapi kasus ini, Komnas PA Jatim mendesak pihak penegak hukum untuk memberikan hukuman yang setimpal kepada tersangka. Jaka Prima menegaskan bahwa tindakan kekerasan terhadap anak tidak boleh dibiarkan begitu saja.
“Kami berharap aparat penegak hukum memberikan hukuman seberat-beratnya kepada pelaku. Tindakan kekerasan terhadap anak adalah kejahatan yang tidak bisa dimaafkan. Pelaku harus bertanggung jawab atas segala perbuatannya,” tegasnya.
Komnas PA Jatim juga mengimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Jika ada indikasi kekerasan terhadap anak, masyarakat diharapkan segera melapor kepada pihak berwajib atau lembaga perlindungan anak terdekat.
Pentingnya Perlindungan Anak
Kasus ini kembali menyadarkan betapa pentingnya perlindungan terhadap anak-anak. Anak sebagai generasi penerus bangsa harus mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman untuk tumbuh dan berkembang. Kekerasan terhadap anak tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga trauma psikologis yang dapat berdampak panjang.
Komnas PA Jatim berkomitmen untuk terus mendampingi korban dan memastikan bahwa kasus ini ditangani secara serius. Mereka juga akan memberikan pendampingan psikologis kepada korban untuk membantu pemulihan trauma yang dialaminya.
“Kami akan terus memantau perkembangan kasus ini dan memastikan bahwa korban mendapatkan keadilan. Kami juga akan memberikan pendampingan psikologis agar korban bisa pulih dari trauma yang dialaminya,” pungkas Jaka Prima.
Dengan adanya kasus ini, diharapkan semakin banyak pihak yang tergerak untuk melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan. Perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama, dan setiap orang memiliki peran untuk mencegah terjadinya tindakan keji seperti ini di masa depan.