Jakarta – Seperti gula yang mengundang semut, industri makanan dan minuman (mamin) Indonesia terus menarik minat investor di awal 2025. Pada Triwulan I, sektor strategis ini mencatat realisasi investasi senilai Rp22,63 triliun, menandai antusiasme kuat terhadap potensi industri mamin nasional.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza dalam Pre-Event Specialty Indonesia 2025 di Jakarta, Kamis (3/7/2025), menjelaskan bahwa nilai tersebut terdiri dari Rp9,03 triliun Penanaman Modal Asing (PMA) dan Rp13,6 triliun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Menurutnya, capaian ini mencerminkan kepercayaan global terhadap prospek industri mamin di tanah air.
“Industri makanan dan minuman terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Faisol.
Ia menambahkan, dari sisi perdagangan luar negeri, sektor ini juga menunjukkan performa kuat dengan surplus neraca dagang sebesar 8,67 miliar dolar AS sepanjang Januari–Februari 2025. Ekspor mencapai 11,78 miliar dolar AS, memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Kontribusi sektor mamin terhadap produk domestik bruto (PDB) pun mencolok, yakni 41,15 persen terhadap PDB industri non-migas dan 7,2 persen terhadap PDB nasional. Di saat banyak sektor masih terdampak ketidakpastian global, industri mamin justru tumbuh 6,04 persen (year-on-year) pada triwulan pertama 2025.
Wamenperin menegaskan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang kuat berkat keragaman sumber daya hayati yang melimpah, menjadi fondasi penting dalam pengembangan produk bernilai tambah tinggi untuk orientasi ekspor.
Beberapa subsektor mamin yang menonjol antara lain industri pengolahan kakao, yang menjadikan Indonesia sebagai produsen olahan kakao terbesar keempat di dunia. Pada 2024, ekspor kakao mencapai lebih dari 2,4 miliar dolar AS dengan volume 304 ribu ton.
Industri teh mencatatkan ekspor sebesar 36.738 ton atau senilai 59,24 juta dolar AS, sedangkan industri pengolahan buah menorehkan angka ekspor 402 juta ton senilai 510 juta dolar AS. Sektor kopi juga tak kalah bersinar dengan ekspor 196.875 ton senilai 661,9 juta dolar AS sepanjang tahun lalu.
“Potensi ekspor kita besar, dan sektor mamin terus berkembang pesat. Ini peluang strategis yang harus terus diperkuat,” imbuh Faisol.
Untuk industri pengolahan susu, nilai ekspor meningkat dari 230 juta dolar AS pada 2023 menjadi 233,5 juta dolar AS pada 2024, menunjukkan tren positif secara konsisten.
Dengan data tersebut, industri mamin diprediksi akan tetap menjadi andalan perekonomian nasional sekaligus lokomotif pertumbuhan investasi manufaktur Indonesia di tahun-tahun mendatang.