Washington – Seperti percikan kembang api di Hari Kemerdekaan AS, Elon Musk kembali menyulut wacana pro-kontra dengan mengusulkan bentuk “Partai Amerika” (America Party), sebagai opsi ketiga di tengah dominasi sistem dua partai Republik–Demokrat. Melalui unggahan di X, Jumat (4/7/2025), ia menulis:
“Hari Kemerdekaan … waktu yang tepat untuk tanya apakah Anda inginkan kemerdekaan dari sistem dua partai (ada yang bilang satu partai)! Haruskah kita bentuk Partai Amerika?” (jatim.antaranews.com)
Musk juga melampirkan jajak pendapat yang menunjukkan 63,8 persen dari hampir 150.000 responden mendukung pembentukan partai baru tersebut (jatim.antaranews.com). Ia menyatakan strategi partainya akan fokus pada 2–3 kursi Senat dan 8–10 distrik DPR, karena margin legislatif saat ini sangat tipis sehingga bisa menjadi suara penentu dalam pengambilan keputusan undang-undang kontroversial (jatim.antaranews.com).
Inisiatif ini muncul setelah Senat AS mengesahkan RUU anggaran besar yang disebut “One Big Beautiful Bill” oleh Presiden Donald Trump pada Kamis (3/7), dan ditandatangani Jumat (4/7). Musk mengkritik RUU tersebut, menyebutnya sebagai “abominasi” serta kebijakan yang menggelembungkan defisit negara (businessinsider.com).
Bagaimana reaksi Trump?
Presiden Trump merespons dengan keras melalui unggahan di Truth Social, menuding Musk “gila” dan memperingatkan akan menghentikan subsidi bagi proyek teknologi Musk, serta mengancam kemungkinan deportasi sang miliarder yang lahir di Afrika Selatan (jatim.antaranews.com). Ia juga menyinggung bahwa Musk mungkin harus “menutup usahanya dan kembali ke Afrika Selatan” jika terus melawan kepentingan nasional (jatim.antaranews.com).
Apakah ide ini realistis?
Meskipun ambisinya ambisius, pembentukan partai ketiga di AS menghadapi rintangan luar biasa. Sejarah memperlihatkan bahwa partai ketiga hampir selalu gagal lolos dari dominasi dua partai besar (international.sindonews.com). Meski begitu, Musk masih punya modal besar berupa kekayaan dan dukungan publik—sebuah jajak pendapat bahkan menunjukkan sekitar 40 persen warga AS siap mendukung partai barunya .
Mengapa ini penting?
Langkah Musk mencerminkan keresahan sebagian warga terhadap sistem politik yang dinilai stagnan dan tak mewakili kepentingan mayoritas—apalagi di masa ketika legislasi kontroversial seperti RUU Trump dianggap melanggar prinsip keuangan negara. Partai ketiga berpotensi menjadi voice of swing-voter alias penentu arah kebijakan, terutama dalam kondisi senat dan DPR yang margin suaranya sangat sempit
“America Party”, Kekuatan Penentu Sistem Politik?
Usulan Musk untuk membentuk partai ketiga membuka diskursus baru tentang dinamika politik AS. Dengan modal finansial besar dan pengaruh media sosial, peluang dan tantangan ke depannya masih sangat terbuka. Masyarakat dunia kini menunggu: mungkinkah “America Party” benar-benar menjadi kekuatan penentu dalam sistem politik dua partai terkuat di dunia?