Kaubun– Upaya penurunan angka stunting di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus digeber. Setelah Kecamatan Sangkulirang, kini giliran Kecamatan Kaubun yang menjadi fokus penanganan. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah program “Jemput Bola Stop Stunting” yang diprakarsai oleh Sekretaris Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kutim, Achmad Junaidi. Program ini dilaksanakan di Desa Cipta Graha dan Bumi Etam, Rabu (12/2/2025).
Dalam kunjungan lapangan tersebut, Achmad Junaidi menegaskan bahwa dua lokus yang menjadi fokus di Kaubun sebenarnya tidak termasuk dalam kategori stunting. Hal ini terlihat dari kondisi anak-anak di lokasi pertama yang telah memasuki usia Sekolah Dasar (SD). Namun, TPPS tetap memberikan perhatian khusus dengan menekankan program edukasi dan peningkatan kapasitas keluarga di wilayah tersebut.
“Kami ingin memastikan bahwa keluarga-keluarga ini memiliki pendidikan yang memadai, seperti mengikuti program Paket A, B, atau C. Selain itu, jika orang tua belum memiliki pekerjaan, kami akan merekomendasikan mereka ke Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) agar difasilitasi bekerja di perusahaan terdekat, seperti perkebunan sawit atau pertambangan,” jelas Junaidi, yang juga menjabat sebagai Kepala DPPKB Kutim.
Identifikasi Permasalahan dan Solusi
Di lokus kedua, ditemukan bahwa dalam pendataan awal, rumah yang dihuni keluarga tersebut tidak tercatat oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK). Selain itu, rumah tersebut belum memiliki fasilitas buang air besar (BAB) yang layak. Namun, jika keluarga tersebut telah memiliki akses sanitasi yang baik dan air bersih, mereka tidak lagi dikategorikan sebagai keluarga berisiko stunting.
Junaidi menegaskan bahwa solusi utama untuk kedua lokus ini adalah edukasi dan pendidikan, bukan sekadar pemberian makanan tambahan (PMT) atau pembangunan rumah layak huni, karena rumah mereka sudah ada. Jika memang diperlukan rehabilitasi, TPPS akan merekomendasikannya ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) atau Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim).
Kolaborasi dengan Pemerintah Desa dan Kecamatan
Camat Kaubun, Saprani, turut menyampaikan dukungannya terhadap program yang telah diinisiasi oleh TPPS. Ia menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan di sekitar Kaubun, untuk memberikan akses pekerjaan bagi keluarga yang membutuhkan.
“Kita harus mengutamakan solusi apakah mereka lebih membutuhkan pekerjaan atau pendidikan. Jika mereka membutuhkan pendidikan, kita akan mengarahkan mereka ke program Paket A, B, dan C. Jika mereka sudah memiliki keterampilan, maka kita bisa memfasilitasinya melalui Disnaker agar dapat bekerja sesuai kemampuannya,” ujar Saprani.
Saprani juga berharap agar seluruh pemangku kepentingan dapat bersinergi dalam mengatasi stunting di Kaubun. “Kita harus bersama-sama mencari solusi yang menyeluruh agar kasus stunting bisa benar-benar dihilangkan dari Kaubun,” tambahnya.
Tindak Lanjut Program dan Bantuan Sosial
Usai kunjungan lapangan, kegiatan dilanjutkan dengan pemaparan data keluarga berisiko stunting di Kantor Camat Kaubun. Data ini mencakup jumlah keluarga yang memerlukan rumah layak huni serta keluarga dengan penghasilan di bawah standar. TPPS juga mendata jumlah keluarga yang membutuhkan ijazah melalui program pendidikan nonformal seperti Paket A, B, dan C yang akan difasilitasi melalui pembelajaran daring oleh Dinas Pendidikan Kutim.
Sebagai bentuk dukungan nyata, TPPS juga menyerahkan bantuan paket gizi PMT Stunting kepada keluarga yang membutuhkan melalui Baznas Kutim. Selain itu, dalam kesempatan tersebut juga diberikan bantuan berupa penunjang kinerja bagi Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Kutim.
Program “Jemput Bola Stop Stunting” ini diharapkan dapat menjadi langkah efektif dalam menekan angka stunting di Kutim, khususnya di Kecamatan Kaubun. Dengan pendekatan yang mengedepankan edukasi, peningkatan kapasitas ekonomi, serta kolaborasi lintas sektor, diharapkan target penurunan angka stunting dapat tercapai secara signifikan.