Sangatta – Di tengah hamparan hijau perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), petani sawit swadaya terus menghadapi tantangan yang mengancam kesejahteraan mereka. Ketergantungan pada perusahaan besar dan ketiadaan fasilitas pengolahan mandiri menjadi persoalan utama yang menempatkan mereka di posisi kurang menguntungkan.
Kondisi ini menjadi perhatian serius Riduan, anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutim, yang menyerukan perlunya langkah strategis dari pemerintah daerah. Salah satu solusi yang diusulkan Riduan adalah pembentukan Perusahaan Daerah (Perusda) khusus sawit untuk membantu meningkatkan posisi tawar dan kesejahteraan petani.
“Kita membutuhkan Perusda yang fokus menangani sawit. Ini penting agar harga sawit tidak anjlok saat panen raya dan petani memiliki alternatif selain bergantung pada perusahaan besar,” ujar Riduan saat ditemui di salah satu kafe di Sangatta, Kamis (21/11/2024).
Sebagai politisi dari Partai Demokrat yang mewakili Daerah Pemilihan Kutai Timur 3, Riduan memiliki kedekatan dengan para petani di wilayahnya. Dapil ini mencakup Kecamatan Batu Ampar, Muara Bengkal, Muara Ancalong, Long Mesangat, dan Busang, yang mayoritas penduduknya bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan kelapa sawit.
Tantangan yang Dihadapi Petani Swadaya
Petani sawit swadaya di Kutim mengalami kendala besar akibat ketiadaan pabrik pengolahan mandiri. Hal ini memaksa mereka menjual tandan buah segar (TBS) ke perusahaan besar yang memiliki fasilitas pengolahan.
“Perusahaan-perusahaan besar di Kutim memiliki lahan inti sendiri. Ketika panen raya tiba, petani swadaya kesulitan menyalurkan hasil panennya karena pasokan berlebih,” jelas Riduan.
Situasi ini diperburuk oleh rendahnya daya tawar petani kecil, yang sering kali terpaksa menerima harga jual rendah. Harga TBS bisa jatuh drastis selama musim panen karena tingginya pasokan, sementara perusahaan besar memiliki prioritas untuk mengolah hasil dari kebun inti mereka.
Selain itu, keterbatasan akses terhadap teknologi pengolahan dan minimnya dukungan infrastruktur menambah beban bagi petani swadaya. “Kondisi ini membuat petani sulit berkembang dan meningkatkan kualitas hidup mereka,” tambahnya.
Perusda: Solusi Strategis untuk Sawit Kutim
Riduan mengusulkan pembentukan Perusda khusus sawit sebagai langkah konkret untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Menurutnya, Perusda ini dapat menjadi penyangga harga, memfasilitasi distribusi hasil panen, serta memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani swadaya.
“Perusda bisa berfungsi sebagai mitra strategis bagi petani, baik dalam mengolah hasil panen maupun menjamin harga yang kompetitif. Dengan begitu, kesejahteraan petani bisa meningkat,” ujar Riduan.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, DPRD, dan masyarakat dalam mewujudkan inisiatif ini. Dengan pembentukan Perusda, petani swadaya akan memiliki akses lebih baik ke pasar dan teknologi pengolahan, sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada perusahaan besar.
Profil Singkat Riduan
Riduan, yang memiliki latar belakang sebagai tokoh masyarakat dari Muara Bengkal, lahir pada 1 Desember 1972. Sebagai anggota DPRD Kutim dari Partai Demokrat, ia dikenal aktif memperjuangkan isu-isu yang berdampak langsung pada kesejahteraan masyarakat, khususnya di sektor pertanian dan perkebunan.
Ia tinggal di Samarinda bersama istrinya, Dina Safira, dan tetap menjalin hubungan erat dengan konstituennya di Kutim. Kedekatan ini membuat Riduan memahami betul tantangan yang dihadapi masyarakat, terutama petani sawit swadaya di wilayah pemilihannya.
Harapan untuk Masa Depan Petani Sawit
Riduan berharap usul pembentukan Perusda khusus sawit dapat segera direalisasikan oleh pemerintah daerah. Ia juga mengajak seluruh pihak untuk berperan aktif dalam mendukung kebijakan yang berpihak pada petani.
“Petani sawit adalah pilar ekonomi Kutim. Kita harus memastikan mereka memiliki dukungan yang memadai untuk berkembang dan bersaing,” tutupnya.
Dengan tantangan yang terus meningkat, upaya seperti pembentukan Perusda dapat menjadi solusi strategis untuk membangun sektor perkebunan sawit yang lebih berkelanjutan di Kutai Timur. Semoga langkah ini dapat memberikan harapan baru bagi petani sawit swadaya di daerah tersebut.