Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kejenuhan dan kebosanan para siswa yaitu dengan membuat pembelajaran yang kreatif.
Pasalnya saat ini pembelajaran jarak jauh belum mampu didisain secara kreatif sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan. Dua variabel ini, yakni “bermakna” dan “menyenangkan” harus menjadi inti pembelajaran jarak jauh.
Saat ini banyak sekali pelatihan meningkatkan kompetensi guru terkait penggunaan teknologi untuk optimalisasi pembelajaran online (daring).
Menghidupkan motivasi dan antusiasme guru
Hal ini menyangkut motivasi dan antusiasme guru (menyangkut hati). Guru juga mengalami kejenuhan karena situasi ini. Hal ini tampak dari ungkapan “kita tidak mempunyai pilihan lain” Kondisi batin yang sesungguhnya juga sudah sampai pada kejenuhan tingkat tinggi.
Tentu kita tidak boleh menyerah. Kondisi ini harus menjadi tantangan yang mendorong kita kreatif. Nah bagaimana agar kita bisa kreatif mengajar dan kreatifitas itu mendorong para siswa juga kreatif melakukan pembelajaran jarak jauh. Saya membuat tips sederhana dalam agar bisa mengusir kebosanan dan membangkitkan kreativitas kita.
Prinsip PJJ kesehatan dan keselamatan peserta didik
Guru harus sadar betul tentang prinsip kesehatan dan keselamatan peserta didik selama BDR. Selain itu juga prinsip bahwa tujuan PJJ dan BDR bukan untuk target capaian akademik dan ketuntasan materi semata. Sekolah dalam hal ini juga harus punya kebijakan-kebijakan darurat selama masa PJJ. Program-program sekolah selama masa normal tentunya tidak dapat dilaksanakan semuanya dalam PJJ dan BDR ini. Materi pembelajaran cukup yang esensial saja. Hal ini sudah juga dikeluarkan oleh kemendiknas. Guru harus dapat memetakan kompetensi dasar apa saja yang dapat diselsaikan selama PJJ dan BDR ini.
Membuatkan rangkuman materi pembelajaran
Guru membuat materi pembelajaran dan sudah memberikannya kepada siswa, bisa melalui WA atau kelas maya. Jadi, siswa yang belum mengerti bisa membaca lagi secara mandiri.
Tidak membebani dengan banyak PR
Guru juga mempertimbangkan banyaknya tugas-tugas yang diberikan setiap mata pelajaran. Jika hal ini tidak dikontrol, maka setiap mapel akan memberikan tugas atau PR. Bayangkan misalnya siswa SMP dengan 10 mata pelajaran, setiap pelajaran ada 2 tugas saja dalam 1 minggu, maka bisa dibayangkan ada 20 tugas dalam 1 minggu. Waktu libur mereka habis untuk menyelesaikan tugas-tugas, kapan istirahatnya? Jadi, guru sebaiknya tidak memberikan PR. Semua kativitas pengerjaan latihan dilakukan saat proses BDR melalui meeting atau kelas maya. Jika pun ada tugas yang harus dilakukan anak sebaiknya tugas-tugas yang mengasah keterampilan/kegiatan praktis, literasi, atau kecakapan hidup. Tugasnya bukan lagi menjawab soal-soal. Di pelajaran bahasa Indonesia kelas 7 ada bab Teks Prosedur, peserta didik mempraktikan prosedur membuat makanan atau minuman sederhana di rumahnya. Hasil praktik mereka difoto lalu dikirim ke kelas maya atau WA guru. Setelah itu diberikan pertanyaan bagaimana perasaanmu bisa membuat minuman sendiri? Seratus persen mereka menjawab “senang”. Bisa saja ulangan atau pengambilan nilai tiap KD tidak harus soal tertulis bisa dengan tanya jawab singkat secara lisan.
Variasi media dan strategi pembelajaran
Guru sedapat mungkin memberikan materi pelajaran dengan variasi media pembelajaran. Bukan hanya meeting saja, atau tugas saja, atau membaca saja. Secara bergantian dan bervariasi sesuai daya dukung sekolah. Membuat media pembelajaran interaktif sendiri, menggunakan media youtube, stasiun televisi lokal, atau memanfaatkkan portal-portal belajar yang disediakan pemerintah pusat atau daerah masing-masing.Jika memungkinkan lakukan meeting secara daring dengan peserta didik misalnya sebulan sekali. Kegiatan pembelajaran diawali dengan “bersenang-senang”, misalnya menyanyi bersama, curhat/cerita, membaca, atau kegiatan fisik (ice beaking). Hal ini bertujuan agar mereka dapat mencurahkan isi hati dan kreatifitasnya yang terbatas selama BDR. Biarkan 5 menit bagi mereka untuk saling menyapa temannya di awal meeting sebelum pembelajaran. Mereka juga sudah kangen dan rindu dengan teman-temannya. Kegiatan apersepsi ini walaupun singkat tapi cukup efektif untuk mengusir kebosanan selama BDR.
Sebagai contoh yang pernah saya lakukan adalah sambil menunggu peserta didik lain hadir di meeting pembelajaran secara daring, ada siswa yang memainkan gitarnya, justru saya berikan ruang dan waktu baginya untuk bermain gitar dan teman-temannya bernyanyi bersama. Akhirnya suasana kelas maya menjadi hidup dan mereka semangat untuk belajar. Pernah juga saat peserta didik mengerjakan latihan, saya putarkan musik instrmentalia, tetapi sepertinya tidak sesuai dengan jiwa-jiwa anak SMP, lalu mereka minta diputarkan musik korea, jadilah lagu terbaru BTS Dynamit yang menghentak-hentak menjadi mengiring belajar mereka. Hal tersebut sangat menyenangkan bagi mereka. Bahkan hal ini belum pernah saya lakukan saat kelas normal sebelum PJJ dan BDR.
Berikan waktu curhat pada anak didik
Guru juga bisa melalukan sesi “curhat” kepada peserta didik. Misalnya, tuliskan hal yang kalian rindukan selama BDR? 100 persen menjawab rindu sekolah lagi dengan segala aktivitasnya, misalnya: bertemu teman, jajanan kantin, bermain bersama teman, dan lain-lain. Nah, guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk menceritakan salah satu kejadian paling “lucu” saat sekolah dulu itu. Kelas jadi hidup dan semua ingin bercerita.
Komunikasi santai sebelum belajar atau di luar jam pelajaran juga bisa dilakukan dengan minimal melalui grop WA kelas. Bisa dengan pesan tertulis atau pesan suara. Biasanya saya menyiapkan pantun-pantun atau syair-syair motivasi yang jenaka, misalnya:
“Selamat pagi anak-anak hebat. Ayo, bangun penuh semangat. Selamat datang hari kamis. Buat Mas ganteng sedikit berkumis. Juga buat Mbak sista yang punya senyum manis. Ayok, kita harus optimis. Walaupun dompet mulai menipis he he he”
“Assalamualaikum, Alhamdulillah pagi ini masih bisa sekolah. Walapun kita di tengah wabah. Harus tetap semangat mengambil hikmah. Belajar giat walau dari rumah,”
Bangun komunikasi dan motivasi diluar pelajaran
Nah, sapaan-sapaan singkat setiap pagi sebelum belajar sekitar jam 06.30-07.00 saat mereka menunggu masuk kelas maya melalui meeting, menjadi rutinitas. Mereka akan menanggapi dengan memberikan syair atau pantun juga atau sekedar komen “cakep” atau sekedar emo senyum. Respon seperti ini tentu sangat baik untuk memulai hari.
Saat obrolan santai dengan WA di luar jam pelajaran jika topik atau tema obrolannya sudah “nyambung dan asyik” maka grop kelas akan ramai. Apalagi jika sudah ditanggapi dengan stiker-stiker lucu ala WA yang bisa membuat terpingkal-pingkal sendiri. Ya, begitulah kreativitas anak-anak didik di dunia WA juga saat ini menjadi bagian penting karena mereka tidak bisa bertemu di dunia nyata. Hal-hal tersebut dapat membuat hati senang, Bukankah salah satu faktor yang meningkatkan imunitas adalah hati yang senang.
Hal-hal kecil tersebut sepertinya pada saat dunia nomal sebelum pandemi tidak berarti, tetapi di saat pandemi begini, hal-hal sederhana terebut bisa menghidupkan kelas maya. Tujuannya juga untuk menyeimbangkan kesehatan jasmani dan rohani mereka. Anak-anak didik kita sudah “jenuh” dengan BDR sehingga kesehatan mental mereka yang harus juga kita jaga. Tugas menjaga kesehatan mental anak-anak didik juga menjadi tugas guru bukan hanya orang tua semata. Oleh karena itulah, guru harus pintar-pintar menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi anak didiknya agar kita semua bisa selamat dari pandemi covid-19 ini dan juga selamat dari kisah tragis BDR dan PJJ.
Keadaan saat ini harus kita lihat dari sisi positif yakni kesempatan membangun pola pembelajaran yang lebih baik. Lebih kontekstual. Kesempatan kita membangun daya kreativitas sebagai guru dan orang tua.
Kita tidak boleh menyerah karena saat seperti ini menjadi uji seleksi terhadap kualitas kita.
(*Retno Utami, S.Pd. Guru SMP Yayasan Pupuk Kaltim, Bontang.)