Dalam konteks perang, banyak liputan yang menggunakan narasi rasialis.
GOnews.id Lifestyle, KIEV — Pengamat dari Universitas Glasgow, Inggris Sam Hamad mengatakan ketika Rusia melanjutkan invasinya ke Ukraina, liputan media Barat menjadi sangat intens dan seringkali penuh semangat. Banyak negara segera menunjukkan aksi nyatanya untuk melawan Putin.
Namun, di tengah dinding dukungan yang adil untuk Ukraina ini, muncul warna rasialisme yang tak terbantahkan. Dalam konteks perang, banyak liputan yang menggunakan bahasa yang sangat mengganggu. Seperti Charlie D’Agata dari CBS News, yang disebut Hamad penuh narasi rasialis.
Dilansir dari The New Arab, Selasa (1/3/2022), D’Agata yang melaporkan langsung dari Ukraina, mengatakan tentang pengalamannya di Kyiv di bawah serangan Rusia. “Ini bukan tempat seperti Irak atau Afghanistan yang telah menyaksikan konflik berkecamuk selama beberapa dekade. Ini adalah kota yang relatif beradab, relatif Eropa, di mana Anda tidak mengharapkan itu atau berharap itu akan terjadi,” kata D’Agata.
Peneliti yang berfokus pada ideologi totaliter itu menyebut ucapan itu seperti memaklumkan peristiwa perang bagi orang-orang kulit berwarna di Asia atau tempat lain, dibanding terjadi kepada kulit putih di Eropa. “Sangat mudah bagi orang-orang seperti D’Agata untuk menerima perang dan berbagai kengeriannya ketika dikunjungi oleh orang kulit berwarna. Tetapi ketika para korban memiliki kulit putih, rambut pirang, mata biru dan cukup Eropa, tiba-tiba kengerian perang menjadi benar-benar menjijikkan,” katanya.
Meski D’Agata kemudian meminta maaf atas komentarnya, Hamad menilai rasialisme terang-terangan dari pernyataannya muncul dari narasi yang mendalam bahwa orang Ukraina adalah orang kulit putih, orang Eropa Kristen sekuler, dan dengan demikian beradab. Sementara orang Irak dan Afghanistan adalah Muslim berkulit gelap yang tampaknya hidup dalam keadaan barbarisme yang konstan.
Hamad juga menanggapi ucapan Koresponden NBC Kelly Cobiella yang melakukan standar ganda. Saat itu Kelly menanggapi pertanyaan tentang mengapa Eropa terburu-buru menerima pengungsi Ukraina, tetapi bukan warga Suriah atau Afghanistan sebelumnya.
“Terus terang, ini bukan pengungsi dari Suriah, ini adalah pengungsi dari Ukraina, mereka Kristen, mereka kulit putih, mereka sangat mirip,” katanya.