Ponorogo – K.H. Abdullah Said Baharmus, Lc., selaku perwakilan Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) membacakan hasil keputusan sidang luar biasa Badan Wakaf di depan seluruh jama’ah shalat Jum’at Masjid Jami’ PMDG.
Menurutnya, pimpinan boleh meninggal tapi pondok harus tetap hidup. Hasil keputusan tersebut dihadiri 12 anggota Badan Wakaf PMDG, 8 orang hadir secara fisik dan 4 orang hadir secara virtual.
“Patah Tumbuh Hilang Berganti. Keputusan ini berdasarkan tentang pentingnya estafet perjuangan para Trimurti pendiri PMDG,” tutur Kiai Said dilansir dari www.gontor.ac.id Jumat (23/10/2020).
Menurut kyai Said, perjuangan para mujahid pondok yang telah terlebih dulu dipanggil oleh Allah SWT tidak boleh berhenti bahkan harus diteruskan.
Pimpinan PMDG KH Abdullah Syukri Zarkasyi meninggal dunia. KH Abdullah Syukri Zarkasyi meninggal dunia di rumah Gontor pada Rabu (21/10/2020) sekitar pukul 15.50 WIB.
Semenjak Kepergian dua sosok pimpinan PMDG, masih menyisakan duka di mata para santri. Namun kepemimpinan keduanya, tidak bisa serta merta kosong.
“Hasil keputusan sidang menyatakan bahwa pimpinan PMDG yang baru KH Hasan Abdullah Sahal, KH Akrim Mariyat, Prof KH Amal Fathullah Zarkasyi untuk periode 2020-2025,” terang Kiai Said yang dibacakan di depan ribuan santri usai melaksanakan salat Jumat.
Sementara, KH Hasan Abdullah Sahal mengaku meski Ponpes Gontor dalam keadaan berkabung, tapi tidak boleh berkepanjangan dalam kesedihan.
“Setiap kita ditinggalkan oleh seseorang kerabat kita, kita boleh menangis. Tapi tidak boleh menangis apalagi menangiskan,” ujar kiai Sahal.
“Pondok seperti kereta api, bahwa kereta harus tetap berjalan siapapun masinisnya dengan tetap berpegang teguh pada nilai panca jiwa dan panca jangka PMDG,” pungkas Kiai Sahal.
KH Abdullah lahir di Gontor pada tanggal 19 September 1942. Beliau adalah putra pertama dari KH Imam Zarkasyi, salah seorang Trimurti Pendiri Ponpes Gontor.
“Mohon doanya semoga dosanya diampuni dan amal ibadahnya diterima Allah SWT dan semoga husnul khatimah,” ujar Rektor Unida Gontor Prof. Amal Fathullah Zarkasy.
PMDG didirikan pada 10 April 1926 di Ponorogo, Jawa Timur oleh tiga bersaudara putra Kiai Santoso Anom Besari. Tiga bersaudara ini adalah KH Ahmad Sahal, KH Zainudin Fananie, dan KH Imam Zarkasy dan yang kemudian dikenal dengan istilah Trimurti.
Pesantren yang telah mencetak ribuan alumni di berbagai penjuru nusantara. Para alumninya kini banyak yang menduduki pemerintahan, memiliki jabatan penting, atau menjadi tokoh panutan masyarakat.
PMDG saat ini memiliki 20 pesantren yang tersebar di Indonesia; 13 kampus pondok putra dan 7 kampus pondok putri. PMDG yang saat ini berdiri di Jawa, Sumatera dan Sulawesi dengan jumlah guru dan santri sekitar 25.405 orang, serta mengelola Universitas Darussalam Gontor (UNIDA), dengan jumlah mahasiswa sekitar 2.684 orang.
Pengelolaan PMDG oleh badan Wakaf yang beranggotakan tokoh-tokoh alumni pesantren dan tokoh yang peduli Islam sebagai penentu Kebijakan Pesantren.
Pada awalnya PMDG hanya memiliki Tarbiyatul Atfhfal (setingkat taman kanak-kanak) lalu meningkat dengan didirikannya Kulliyatul Mu’alimin Al-Islamiah (KMI) yang setara dengan lulusan sekolah menengah. Pada tahun 1963 PMDG mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).
Pada tahun 1994 didirikan pondok khusus putri untuk tingkat KMI dan pendidikan tinggi yang khusus menerima alumni KMI. Pondok khusus putri ini menempati tanah wakaf seluas 187 hektar. Terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Mantingan, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Kini, pondok khusus putri memiliki lima cabang, tiga cabang berlokasi di Ngawi, satu cabang di Sulawesi Tenggara dan satu di Kediri. Hingga kini gontor telah memiliki 10 cabang yang terdiri dari 13 kampus di seluruh Indonesia dan santri/ santriwatinya mencapai 14.273 orang. Tidak seperti pesantren pada umumnya, para pengajarnya pun berdasi dan bercelana panjang pantalon.