Jakarta — Kasus kematian akibat flu burung di Kamboja menimbulkan keresahan. Hal ini menjadi ‘warning‘ menyangkut penularan flu burung pada manusia yang mematikan.
Sebagai langkah kewaspadaan, masyarakat juga perlu tahu beberapa gejala flu burung pada manusia.
Menukil laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kasus kematian di Kamboja melaporkan terjadi pada anak perempuan berusia 11 tahun di Desa Roleang, Provinsi Prey Veng. Kasus ini merupakan pertama kalinya lagi di Kamboja setelah pelaporan terakhir pada 2014 lalu.
Anak tersebut melaporkan mengalami gejala seperti demam dengan suhu 39 derajat Celcius, batuk, dan sakit tenggorokan pada 16 Februaru. Tiga hari kemudian, anak tersebut mulai merasa kelelahan dan dibawa ke rumah sakit.
Hasil pemeriksaan pada Rabu (22/2/2023) lalu menyatakan konfirmasi positif flu burung (H5N1). Namun, pada hari yang sama, anak tersebut tak bisa terselamatkan.
Flu burung sebagaimana yang terjadi di Kamboja pada dasarnya merupakan infeksi yang menyebar di antara sesama hewan jenis unggas. H5N1 menjadi virus penyebab flu burung yang paling umum.
Pada dasarnya, virus ini tak bisa menyebar di antara manusia dengan mudah. Namun, wabah flu burung terjadi pertama kali pada tahun 2014 lalu.
Menukil laman Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), hampir semua kasus flu burung pada manusia ditularkan melalui kontak dekat antara unggas hidup atau mati yang terinfeksi dengan manusia. Penularan juga bisa terjadi akibat lingkungan yang terkontaminasi virus H5N1.
Gejala flu burung seperti di Kamboja
Ada beberapa gejala flu burung yang sebelumnya sempat terlaporkan. Berikut di antaranya:
– demam lebih dari 38 derajat Celcius,
– kelelahan,
– batuk,
– sakit tenggorokan,
– nyeri otot.
Dalam beberapa kasus, fase awal flu burung biasanya berawal dengan sakit perut, nyeri dada, dan diare.
Namun, Center for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat melaporkan bahwa demam tak selalu menjadi gejala yang timbul. Beberapa kasus bahkan tak memperlihatkan adanya gejala demam.