Farah Puteri Nahlia kini terkenal sebagai anggota DPR RI periode 2019-2024 termuda. Perempuan kelahiran Semarang, 2 Januari 1996 itu duduk sebagai anggota DPR RI di usia 23 tahun.
Nama Farah Puteri Nahlia mencuat usai dirinya menentang rencana Kementerian Pertahanan (Kemenhan) yang pimpinan Prabowo Subianto berutang Rp 1.700 triliun untuk pembelian Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista).
“Saat ini Indonesia sedang menghadapi pandemi Covid 19. Upaya penanganan menjadi prioritas utama pemerintah agar ekonomi kita kembali pulih.
Anggota DPR termuda yang kritis
“Upaya menjaga ketahanan ekonomi masyarakat lebih mendesak dan urgen dilakukan tanpa mengurangi visi strategis penguatan pertahanan militer,” ujar Farah dalam keterangannya, Ahad (6/6/2021).
Anggota DPR termuda periode 2019-2024 ini menilai, pembelian alat peralatan pertahanan keamanan (Alpahankam) atau Alutsista dengan anggaran sebesar itu tergesa-gesa dan belum terencana secara matang.
Sebab, dalam pertahanan nasional perlu membaca visi menjadi strategi lalu menjadi doktrin pertahanan untuk membuat roadmap yang sesuai dengan Nawacita.
Profil Farah Puteri Nahlia
Farah Puteri Nahlia lahir di Semarang, 2 Januari 1996. Ia merupakan putri bungsu pasangan HM Fadil Imran dan Ina Adiati.
HM Fadil Imran adalah seorang petinggi Polri, Brigadir Jenderal Polisi yang kini menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya.
Farah kecil menempuh pendidikan SD di SD Al Kamal, Kebon Jeruk pada tahun 2000 hingga 2007.
Saat menduduki bangku SMP Al Azhar Bumi Serpong Damai, Farah Puteri Nahlia sudah menunjukkan jiwa kepemimpinannya dengan menjadi Wakil Bendahara di OSIS.
Lulus dari SMP Al Azhar Bumi Serpong Damai, Tangerang pada tahun 2010, Farah Puteri Nahlia melanjutkan studi ke Sinarmas World Academy (SWA).
Ia meraih Gelar D3-nya dari University Foundation Programme, David Game College London.
Neng Farah, sebutan akrabnya, telah menamatkan studi S1 dan S2 di bidang politik dan hubungan internasional di Royal Holloway, University of London.
Ia mengambil jurusan bidang politik dan hubungan internasional.
Selama berkuliah, Farah terlibat aktif dalam beberapa organisasi seperti English Teaching Programme pada tahun 2011.
Tahun 2012, ia juga berpartisipasi dalam Habitat for Humanity Indonesia. Organisasi itu sebuah LSM yang membantu pembangunan atau perbaikan rumah tinggal sehingga menjadi hunian yang layak, sederhana, dan terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rendah.
Karier Farah Puteri Nahlia hingga ke kursi DPR
Farah pernah menjabat sebagai Komisaris Utama Masa Studio pada tahun 2018.
Selain itu Ia juga pernah menjalani masa magang di Direktorat HAM dan Kemanusiaan. Suatu Direktorat Jendral Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri di tahun yang sama.
Setelah enam tahun tinggal di luar negeri, Farah memilih untuk kembali ke Indonesia.
Menurutnya percuma kalau ilmu yang telah ia dapat tidak mewujudkan untuk pembangunan dan keperluan tanah airnya.
Farah memang merupakan sosok yang sangat cinta dan peduli terhadap Indonesia. Ia pernah membantu memulangkan TKW asal Subang yang bermasalah di luar negeri.
TKW bernama Ibu Een itu sudah lama tidak menermai gajinya. Bu Een juga tidak dapat pulang dari negara tempat dia bekerja meskipun sudah beberapa kali berusaha.
Berkat koordinasi Farah Puteri Nahlia dengan BPNTKI, akhirnya keinginan Ibu Een dapat tercapai.
Sejak saat itulah tergugah hati Neng Farah untuk menjadi anggota dewan.
Anggota DPR RI 2019-2024
Sesuai latar belakang keilmuannya, Farah Puteri Nahlia duduk sebagai anggota Komisi I yang membidangi pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika, serta intelijen.
Farah berkeinginan untuk memanfaatkan ilmunya ke dalam perancangan UU di bidang pertahanan dan keamanan, intelijen, dan informasi publik.
Ia tertarik dengan isu terkait hak-hak TKI karena di dapil saya sendiri banyak yang bekerja sebagai TKI.
Dari kasus Ibu Een, Farah Puteri Nahlia mempelajari Subang, Majalengka dan Sumedang.
Tiga kota yang ia singkat menjadikan SMS sebagai daerah pemilihannya.
Farah menyampaikan terkait program lima tahun ke depan, saat dirinya lolos menjadi anggota DPR, akan membentuk Paguyuban Neng Farah.
Organisasi itu bertujuan untuk menyerap aspirasi masyarakat sebagai bahan kebijakan dalam membangun Subang, Majalengka, dan Sumedang.
Selain itu, Neng Farah juga berencana melakukan pengembangan UMKM untuk mendorong ekonomi masyarakat kecil. Akan ada skill training memasak produk khas lokal, menjahit atau bimbel atau konsultasi gratis untuk para pelajar.
Farah menjadi kader Partai Amanat Nasional (PAN) untuk daerah pemilihan Jabar IX (Kabupaten Garut dan Tasikmalaya) dan berhasil mengantongi 113.263 suara.