Sangatta – Dalam rangka meningkatkan pemahaman remaja mengenai kecakapan hidup (life skill) serta membangun karakter positif di kalangan generasi muda, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Kutai Timur menyelenggarakan kegiatan Orientasi Remaja Kelompok PIK-R dan Forum Duta Genre Tentang Life Skill bagi Fasilitator Tahun 2024. Acara ini berlangsung selama dua hari, pada 10–11 Desember 2024, bertempat di Aula Teras Belad, Sangatta Utara, Kutai Timur.
Kegiatan ini diikuti oleh 50 peserta yang berasal dari empat kecamatan di Kutai Timur, yakni Sangatta Utara (24 peserta), Bengalon (3 peserta), Teluk Pandan (3 peserta), dan Kaliorang (3 peserta). Selain itu, perwakilan dari GenRe Kutai Timur sebanyak 4 orang serta 13 perwakilan dari DPPKB turut hadir dalam kegiatan ini.
Fokus Utama: Life Skill sebagai Pilar Ketahanan Remaja
Kepala Dinas DPPKB Kutai Timur, Achmad Junaidi B., dalam sambutannya menjelaskan pentingnya pembinaan ketahanan remaja yang menjadi salah satu fokus strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Program ini bertujuan untuk meningkatkan karakter remaja yang diukur melalui Indeks Karakter Remaja. Indikator keberhasilan program mencakup pengurangan angka pernikahan usia dini, peningkatan median usia kawin pertama (MUKP), serta pengurangan perilaku berisiko seperti penyalahgunaan narkoba, merokok, dan hubungan seksual sebelum menikah.
“Life skill adalah kemampuan untuk berperilaku adaptif dan positif yang memungkinkan remaja menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan sehari-hari. Ini bukan hanya tentang menghadapi masalah, tetapi juga membangun ketahanan diri agar mereka mampu mengambil keputusan positif dalam hidupnya,” ujar Achmad Junaidi.
Tantangan dan Kondisi Remaja di Indonesia
Dalam pemaparannya, Achmad Junaidi menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi remaja, mulai dari perundungan hingga kekerasan seksual. Berdasarkan data Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2021, sekitar 4 dari 100 remaja laki-laki dan 8 dari 100 remaja perempuan usia 13–17 tahun pernah mengalami kekerasan seksual. Pelaku kekerasan ini sering kali berasal dari teman sebaya, pasangan, bahkan anggota keluarga.
Selain itu, masa remaja juga diwarnai oleh tekanan sosial yang tinggi, seperti perundungan yang bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik. “Indonesia menempati peringkat kelima dalam kasus perundungan terbanyak. Ini menjadi perhatian serius, karena banyak remaja yang tidak mampu merespons tekanan ini dengan baik,” lanjut Achmad Junaidi.
Pendekatan Peer to Peer: Memberdayakan Remaja sebagai Pendidik Sebaya
Dalam kegiatan ini, pendekatan peer to peer (pendidikan antar teman sebaya) menjadi metode utama yang diandalkan. Melalui modul “Tentang Kita” yang telah diperbarui, para peserta dilatih untuk menjadi fasilitator dan pendidik sebaya yang mampu menyampaikan edukasi mengenai kesehatan reproduksi, gizi, perencanaan masa depan, serta kecakapan hidup kepada rekan-rekan mereka.
Pembaruan modul ini mencakup dua aspek utama, yakni peningkatan kemampuan fasilitasi dan penambahan materi tentang life skill serta pencegahan kekerasan seksual. Life skill yang diajarkan mencakup 10 kecakapan utama, seperti mengenal diri sendiri, mengelola emosi, berpikir kritis, berpikir kreatif, mengambil keputusan, keterampilan interpersonal, empati, komunikasi efektif, mengatasi stres, dan pemecahan masalah.
“Pendekatan peer to peer adalah cara terbaik untuk menjangkau remaja. Dengan memberdayakan mereka sebagai pendidik sebaya, pesan-pesan positif dapat disampaikan secara lebih efektif dan relevan,” tegas Achmad Junaidi.
Target dan Harapan Program
Program ini bertujuan mencetak fasilitator di tingkat kabupaten dan kecamatan yang mampu menjalankan perannya secara aktif. Para peserta diwajibkan menyusun rencana tindak lanjut untuk mengimplementasikan materi yang telah didapatkan di wilayah masing-masing. Selain itu, mereka juga diminta untuk melakukan pencatatan, pelaporan, serta evaluasi berkala untuk memastikan program berjalan sesuai harapan.
“Melalui program ini, kami berharap seluruh remaja di Kutai Timur dapat menguasai 10 kecakapan hidup yang menjadi bekal penting dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Dengan begitu, mereka dapat membangun ketahanan diri, menghindari perilaku negatif, serta menjadi generasi yang berkualitas,” ungkap Achmad Junaidi.
Sinergi dengan Forum Genre
Forum Generasi Berencana (Genre) turut berperan aktif dalam mendukung implementasi program ini. Para fasilitator diharapkan melibatkan Forum Genre dalam setiap tahap kegiatan, mulai dari edukasi hingga monitoring dan evaluasi. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperluas jangkauan program dan memberikan dampak yang lebih signifikan bagi remaja di Kutai Timur.
Achmad Junaidi berpesan agar para peserta mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh. Ia juga mengapresiasi semua pihak yang telah terlibat dalam penyelenggaraan acara ini, termasuk para fasilitator dari BKKBN Provinsi Kalimantan Timur serta Tim Fasilitator GenRe Indonesia Nasional dan Provinsi Kaltim-Kaltara.
“Kita semua memiliki tanggung jawab untuk mendampingi remaja melewati masa transisi kehidupan dengan baik. Dengan penguasaan life skill, remaja diharapkan mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan kehidupan, sekaligus membangun karakter yang kuat dan positif,” pungkasnya.
Kegiatan ini menjadi salah satu langkah konkret Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam membangun generasi muda yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing. Dengan kolaborasi yang baik antara pemerintah, organisasi, dan masyarakat, program ini diharapkan mampu memberikan dampak jangka panjang bagi pembangunan sumber daya manusia di Kutai Timur.