Dalam momen perubahan tak terduga, banyak dari kita merasa kehilangan arah—kehilangan pegangan hidup. Namun, seperti dikatakan Sara Kuburic (2023): “Accepting the lack of control … focus on actions we can take”
1. Menerima dan Memproses Emosi
Alih-alih menolak emosi seperti kecewa, marah, atau sedih, izinkan mereka muncul. Menurut artikel Self dari Verywell Mind (2022), proses ini melibatkan acknowledging, accepting, and processing emotions yang berujung pada pemulihan dan pertumbuhan emosional .
2. Menata Ulang Ekspektasi
George Bonanno (2020) menyebut bahwa resilience berkembang melalui “realistic optimism” dan penerimaan situasi. Maksudnya, menyesuaikan target diri dengan kondisi saat ini, menerima bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian dari perjalanan.
3. Fokus pada Apa yang Dapat Dikendalikan
James Stockdale (2021) mengedepankan filosofi Stoik tentang menerima yang tak bisa diubah dan mengubah apa yang bisa diubah. Fokus pada langkah kecil yang nyata adalah kuncinya.
4. Membangun Rencana Baru Bertahap
Kholifah et al. (2023) dalam Uniglobal Journal menunjukkan bahwa goal-setting training meningkatkan orientasi masa depan seseorang. Mulai dengan tujuan kecil setiap hari untuk membangun rasa pencapaian dan arah.
5. Menguatkan Rasa Percaya Diri
Menurut Fletcher dan Sarkar (2024), komponen utama resilience mencakup keyakinan pada kekuatan diri dan kemampuan merencanakan dengan realistis. Pahami kelebihan yang kita miliki, lalu gunakan sebagai fondasi bertumbuh.
6. Kembangkan Diri dan Keterampilan Baru
Saraswati, Amalia & Arwan (2023) dalam Jurnal Psikologi Terapan menyimpulkan bahwa inisiatif pengembangan diri memicu pertumbuhan positif. Ikuti kursus, baca, atau pelajari skill yang relevan dengan tujuan baru.
7. Cari Dukungan Sosial
Alishia McCullough (2023) menyarankan agar tidak menyimpan perasaan sendiri; berbagi membantu mengurangi beban emosional. Dukungan keluarga atau profesional membantu perjalanan pemulihan.