Kediri – Sebanyak 14 arca peninggalan sejarah dari Situs Tondowongso berhasil dipulangkan ke Kabupaten Kediri oleh Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana. Arca-arca bersejarah ini sebelumnya dititipkan di Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Trowulan sejak tahun 2009 setelah ditemukan pertama kali di Situs Tondowongso pada tahun 2007.
Belasan arca tersebut diperkirakan berasal dari tahun 1025 Masehi dan merupakan bagian dari sejarah penting Kabupaten Kediri. Pemulangan ini menjadi langkah awal dalam upaya Pemerintah Kabupaten Kediri untuk mengembalikan berbagai artefak sejarah yang tersebar di berbagai tempat.
Mas Dhito, sapaan akrab Bupati Kediri, melalui Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Adi Suwignyo, menyatakan bahwa pemerintah akan terus berupaya memulangkan lebih banyak arca dan artefak penting lainnya ke Kediri.
“Ini baru satu langkah awal dari Situs Tondowongso. Insyaallah, kami akan terus berusaha memulangkan artefak-artefak sejarah yang tersebar di berbagai tempat, termasuk Prasasti Harinjing yang saat ini berada di Museum Nasional,” ungkap Adi Suwignyo, Selasa (17/12/2024).
Museum Joyoboyo Jadi Tempat Penyimpanan Baru
Arca-arca yang dipulangkan ini rencananya akan ditempatkan di Museum Joyoboyo yang berlokasi di Desa Menang, Kediri. Hal ini dilakukan karena Museum Bagawanta Bhari, yang berada di belakang Kantor DPRD Kabupaten Kediri, sudah tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menampung lebih banyak koleksi artefak sejarah.
Meski Museum Joyoboyo belum dibuka secara umum, Pemerintah Kabupaten Kediri berkomitmen untuk terus mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang memadai. Saat ini, Pemkab Kediri tengah menyelesaikan desain storyline untuk museum tersebut, yang akan memuat narasi sejarah dan budaya Kabupaten Kediri secara representatif.
“Pembangunan fasilitas tambahan seperti pagar pembatas dan pengamanan museum juga sedang direncanakan agar Museum Joyoboyo siap menjadi pusat penyimpanan dan edukasi sejarah,” jelas Adi Suwignyo.
Museum Joyoboyo ini berada tidak jauh dari Petilasan Sri Aji Jayabaya, yang menambah nilai historis dan budaya bagi masyarakat Kediri.
Arca Siwa Catur Muka Jadi Masterpiece
Dari 14 arca yang berhasil dipulangkan, Arca Siwa Catur Muka menjadi perhatian utama karena keunikannya. Biasanya, catur muka merujuk pada arca Brahma, tetapi arca ini memiliki simbol-simbol tertentu yang menunjukkan bahwa arca tersebut adalah Arca Siwa.
“Arca Siwa Catur Muka ini sangat langka dan menjadi salah satu koleksi paling berharga bagi Kabupaten Kediri. Ini adalah salah satu alasan kami sangat serius dalam mengembalikan benda-benda bersejarah ke tempat asalnya,” tambahnya.
Dukungan Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kediri
Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri (DK4), Imam Mubarok, memberikan dukungan penuh atas langkah Pemkab Kediri dalam mengembalikan kekayaan sejarah daerah. Ia menyebutkan, DK4 siap memberikan rekomendasi terkait pengembalian artefak lain yang masih berada di luar Kediri.
Menurut data yang dimiliki DK4, kurang lebih 500 artefak peninggalan sejarah dari Kabupaten Kediri saat ini tersebar di berbagai tempat seperti Museum Nasional, BPK Wilayah 11, Museum Empu Tantular, hingga Museum Sonobudoyo di Yogyakarta.
“Dari ratusan arca yang ingin kami pulangkan, Prasasti Harinjing adalah salah satu artefak yang paling penting dan mendesak untuk dikembalikan ke Kediri,” ujar Imam Mubarok.
Prasasti Harinjing memiliki nilai historis yang tinggi karena di dalamnya disebutkan tanggal 25 Maret sebagai hari jadi Bumi Panjalu, yang merupakan cikal bakal Kabupaten Kediri.
“Prasasti Harinjing ini menjadi bukti otentik sejarah Kediri. Jika memungkinkan, kami akan mendorong proses pengembaliannya dengan prioritas utama,” tegasnya.
Upaya Pelestarian Sejarah untuk Edukasi Generasi Muda
Langkah pemulangan arca dan artefak ini bukan hanya soal memulihkan warisan sejarah, tetapi juga bagian dari upaya Pemkab Kediri untuk melestarikan sejarah dan budaya daerah. Dengan adanya museum yang representatif dan terpusat, pemerintah berharap generasi muda Kediri dapat belajar lebih dalam mengenai sejarah daerah mereka.
“Sejarah bukan hanya cerita masa lalu, tetapi juga pijakan untuk masa depan. Dengan memahami sejarah, generasi muda dapat lebih mencintai dan menghargai warisan budaya mereka,” tutup Imam Mubarok.
Komitmen Berkelanjutan untuk Pemulangan Artefak
Pemulangan 14 arca dari Situs Tondowongso ini hanyalah awal dari komitmen besar Pemerintah Kabupaten Kediri dalam melestarikan sejarah daerah. Proses pengembalian artefak ke Kediri membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk instansi pusat dan lembaga kebudayaan lainnya.
Dengan keberadaan Museum Joyoboyo yang sedang dipersiapkan, pemerintah optimis bahwa artefak-artefak ini tidak hanya akan menjadi koleksi berharga, tetapi juga sarana edukasi yang memberikan manfaat besar bagi masyarakat.
Pergelaran ini sekaligus menunjukkan betapa pentingnya menjaga warisan budaya untuk membangun identitas suatu daerah. Seiring dengan upaya pengembalian Prasasti Harinjing dan ratusan artefak lainnya, Kabupaten Kediri berharap dapat menjadi pusat sejarah dan budaya yang membanggakan bagi warganya dan masyarakat Indonesia secara umum.