Jakarta — Sepiring nasi hangat akan terasa lezat, apalagi jika ditambah dengan lauk pauk yang menggoda. Tapi, banyak orang meyakini bahwa nasi hangat atau panas justru bisa bikin kadar gula darah dalam tubuh meningkat. Alih-alih nasi panas, konon nasi dingin lebih ‘ramah’ untuk gula darah.
Dokter spesialis gizi di Rumah Sakit Melinda Bandung Johanes Casay Chandrawinata menjelaskan bahwa nasi panas memiliki tingkat hidrasi yang lebih baik. Kandungan air di nasi panas lebih tinggi, sehingga molekul tepungnya lebih mudah terurai.
Benarkah Demikian?
Dalam kondisi ini, nasi panas lebih mudah terserap tubuh saat sudah kita konsumsi, hingga berubah menjadi glukosa di dalam darah.
“Jadi karena mudah terserap jadi gula darah, terpecah jadi gula darah, makanya indeks glikemik nasi panas atau hangat itu lebih tinggi,” kata Johanes saat CNNIndonesia.com menghubunginya, Rabu (9/2/2023).
Sementara pada nasi dingin atau nasi yang sudah kita masak berulang terdapat perubahan pada struktur atau molekul nasi. Unsur tepung pada nasi yang sudah dingin atau kita hangatkan berulang menjadi lebih padat.
Hal ini terjadi karena molekul air atau hidrasinya lebih rendah. Bahkan, pada beberapa kasus, nasi dingin memiliki kadar air yang sedikit atau cenderung kering.
Oleh karena itu, lanjut Johanes, tak salah jika nasi panas disebut bisa meningkatkan kadar gula darah lebih cepat dibandingkan nasi yang sudah dingin.
“Kalau nasi dingin ada perubahan sedikit pada strukturalnya. Itu misal dari molekul tepungnya lebih padat. Makanya gula darah terbentuk jadi lebih pelan,” kata dia.
Meski demikian, bukan berarti Anda bisa makan nasi dingin lebih banyak dari nasi panas.
Kenaikan gula darah tetap bisa terjadi meski Anda mengonsumsi nasi dingin. Utamanya, jika makan nasi dingin tidak diimbangi dengan olahraga teratur dan asupan makanan sehat lainnya.
“Pesan saya, ya, jangan makan nasi terlalu banyak, misal satu piring penuh. Itu, kan, berlebihan. Semua harus sesuai. Ada buah, sayur, protein juga. Jangan banyak-banyak makan nasi,” kata dia.