Malang — Libur panjang Idulfitri menjadi momen berharga bagi masyarakat Indonesia untuk berkumpul bersama keluarga. Bagi sebagian orang, ini adalah waktu untuk mudik ke kampung halaman, sementara bagi yang lain, ini adalah saat terbaik untuk menjelajahi sudut-sudut kota yang menyimpan kenangan dan keindahan. Di Kota Malang, Jawa Timur, Alun-Alun Kota menjadi salah satu destinasi favorit warga dan pendatang untuk melepas penat sekaligus menikmati waktu bersama orang tercinta.
Hari ketiga Idulfitri, Kamis (3/4/2025), suasana di Alun-Alun Kota Malang tampak lebih ramai dari biasanya. Terletak strategis di kawasan Jalan Merdeka Selatan, Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan Klojen, jantung kota ini dipenuhi oleh tawa anak-anak, sorak keluarga yang sedang bersantai, serta para pedagang yang tak henti-hentinya melayani pembeli.
Sejak pagi, lalu lintas menuju kawasan alun-alun mulai padat. Di antara deretan kendaraan yang terparkir, terlihat keluarga-keluarga turun dengan membawa tikar, bekal makanan, dan balon warna-warni. Aroma jajanan khas seperti bakso bakar, cilok, dan tahu petis pun menggoda indera penciuman dari kejauhan.
Tempat Bersantai Favorit dengan Harga Terjangkau
Salah satu pengunjung yang ditemui tim Gonews adalah Hana, warga asal Nganjuk yang datang bersama suami dan dua anaknya. “Liburan Idulfitri ini kami manfaatkan untuk bersilaturahmi ke saudara di Kota Malang, sekalian refreshing ke Alun-Alun. Tempatnya adem, murah meriah, dan anak-anak bisa puas main,” ungkapnya dengan raut bahagia.
Hana bercerita bahwa sejak pandemi COVID-19, ia belum pernah lagi berkunjung ke Malang. Libur panjang kali ini ia manfaatkan untuk mengajak keluarga kecilnya bernostalgia. “Dulu waktu masih gadis saya sering main ke sini. Sekarang bisa ajak anak-anak rasanya senang sekali,” tambahnya.
Bukan hanya Hana, ratusan keluarga lain juga tampak menikmati suasana serupa. Beberapa duduk santai di atas rumput hijau yang tertata rapi, sebagian lain sibuk berfoto dengan latar belakang air mancur dan landmark Kota Malang, sementara anak-anak kecil berlari mengejar gelembung sabun yang dijual pedagang kaki lima.
Daya Tarik yang Tak Pernah Pudar
Alun-Alun Kota Malang bukanlah tempat baru bagi warga Malang. Namun, pesonanya seakan tak pernah pudar. Dengan desain taman yang modern, lengkap dengan arena bermain anak, jalur pedestrian, bangku taman, hingga fasilitas ibadah di Masjid Jami’ yang megah di sebelahnya, kawasan ini menjadi tempat yang cocok bagi semua kalangan.
Tepat di tengah taman, air mancur menari seirama dengan hembusan angin. Di sore hari, tempat ini berubah menjadi spot favorit untuk berfoto, bahkan tak jarang menjadi latar konten media sosial. Beberapa komunitas juga kerap memanfaatkan tempat ini untuk berkumpul, berolahraga, atau sekadar berbincang santai.
“Setiap libur panjang, saya selalu sempatkan mampir ke sini,” ujar Dimas, seorang mahasiswa Universitas Negeri Malang. “Tempatnya representatif dan nyaman. Kalau bawa teman dari luar kota, pasti saya ajak ke Alun-Alun dulu.”
Suasana Religius dan Kekeluargaan
Yang membuat Alun-Alun Kota Malang berbeda dari ruang publik kebanyakan adalah nuansa religius yang menyatu dengan budaya lokal. Keberadaan Masjid Jami’ Kota Malang yang berdiri megah di sisi barat alun-alun menjadikan tempat ini tidak hanya sebagai ruang hiburan, tetapi juga sebagai ruang spiritual.
“Setelah main-main, kita bisa langsung salat di Masjid Jami’. Itu yang saya suka. Anak-anak jadi tahu kalau hiburan juga bisa selaras dengan ibadah,” kata Rini, seorang ibu rumah tangga asal Blitar yang datang bersama suaminya.
Selain itu, selama libur panjang ini, tak sedikit yang memanfaatkan Alun-Alun sebagai titik temu keluarga besar. Di bawah pepohonan rindang, beberapa keluarga terlihat menggelar tikar dan membuka bekal makanan khas Lebaran seperti opor ayam, ketupat, dan rendang.
Berkah bagi Pedagang Kecil
Liburan panjang tidak hanya membawa kebahagiaan bagi para pengunjung, tapi juga menjadi berkah tersendiri bagi para pedagang kaki lima yang menggantungkan hidup di sekitar Alun-Alun. Pak Slamet, penjual cilok yang sudah berjualan di sana sejak 2009, mengaku dagangannya ludes dalam waktu singkat.
“Kalau hari biasa saya bawa 200 tusuk, ini saya bawa 400 tusuk, alhamdulillah laris. Pengunjung ramai sekali,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Tak hanya makanan, berbagai penjual balon, mainan anak, hingga jasa sewa mobil-mobilan listrik juga tampak ramai pembeli. Suasana seperti ini menjadi penggerak roda ekonomi mikro di tengah padatnya liburan kota.
Tertib, Aman, dan Terjaga
Meski pengunjung membludak, suasana tetap tertib dan aman. Dinas Kebersihan Kota Malang menerjunkan petugas kebersihan secara berkala agar taman tetap bersih dari sampah. Di sudut taman, beberapa petugas keamanan berjaga sambil mengatur lalu lintas dan memberikan arahan kepada pengunjung yang kebingungan mencari parkir.
“Petugasnya ramah dan sigap. Jadi meski ramai, kita tetap merasa aman,” ungkap Linda, pengunjung asal Pasuruan.
Pemerintah Kota Malang sendiri sebelumnya telah mengantisipasi lonjakan pengunjung dengan menyiagakan petugas dari Dishub, Satpol PP, dan Dinkes untuk berjaga selama libur panjang. Mereka juga menyediakan layanan kesehatan di posko dekat masjid dan toilet umum yang memadai.
Ruang Publik yang Menyatukan
Alun-Alun Kota Malang bukan hanya sekadar tempat wisata. Ia adalah ruang publik yang menjadi simbol keterbukaan, keberagaman, dan kekeluargaan. Tempat ini menjadi titik temu lintas generasi dan latar berbagai kisah—dari tawa riang anak-anak, nostalgia orang dewasa, hingga perjuangan para pedagang kecil yang mencari rezeki halal.
Libur panjang mungkin hanya datang setahun sekali, tapi kenangan yang tercipta di Alun-Alun Kota Malang akan membekas sepanjang masa. Sebagaimana semilir angin yang setia menyapa setiap pengunjung, taman ini akan selalu menjadi tempat pulang—bagi siapa pun yang ingin menikmati kedamaian dalam kesederhanaan.