Dalam keseharian kita, hubungan interpersonal menjadi bagian yang tak terpisahkan. Baik itu hubungan dengan keluarga, teman, maupun pasangan, semuanya memiliki dinamika yang kompleks. Untuk memahaminya lebih dalam, para ilmuwan sosial mengembangkan berbagai teori, salah satunya adalah Teori Pertukaran Sosial.
Menurut teori ini, manusia tergerak untuk menjalin relasi demi mendapatkan keuntungan tertentu, seperti dukungan emosional atau pemenuhan kebutuhan sosial.
Homans (1958) menyatakan bahwa setiap hubungan sosial dianalisis berdasarkan keseimbangan antara manfaat dan biaya yang diterima masing-masing pihak.
Prinsip ini masih relevan hingga kini, seperti ditegaskan kembali oleh Molm et al. (2003), bahwa hubungan interpersonal sering kali terbentuk ketika individu merasa adanya timbal balik yang saling menguntungkan.
Tidak Semata-mata Soal Untung Rugi
Namun, hubungan sosial tidak semata-mata soal untung-rugi. Teori Ikatan Sosial menyoroti pentingnya keterikatan emosional yang lebih dalam, seperti dalam hubungan keluarga, persahabatan, dan romantis.
Hirschi (1969) menyatakan bahwa keterikatan dan komitmen dalam suatu hubungan adalah faktor utama yang mendorong stabilitas dan kesejahteraan individu.
Studi terkini oleh Umberson dan Montez (2010) menunjukkan bahwa ikatan sosial yang kuat berkorelasi dengan peningkatan kesehatan mental dan fisik seseorang.
Lalu, bagaimana ikatan ini dijalin dan dipelihara? Di sinilah Teori Perilaku Komunikasi berperan. Komunikasi adalah pondasi dari setiap hubungan interpersonal yang sehat. Menurut Canary dan Dindia (1998), komunikasi yang terbuka, empatik, dan responsif adalah kunci utama dalam mempertahankan hubungan jangka panjang.
Temuan ini didukung oleh penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa komunikasi efektif dapat meningkatkan kepuasan dalam hubungan (Stafford, L., 2011, Journal of Social and Personal Relationships).
Pentingnya Kejujuran dalam Hubungan Interpersonal
Selain itu, hubungan yang sehat juga berkaitan erat dengan pertumbuhan pribadi. Carl Rogers, dalam teorinya tentang perkembangan manusia, menekankan pentingnya kejujuran, empati, dan penerimaan positif tanpa syarat.
Ketika seseorang merasa diterima apa adanya, ia lebih mudah berkembang menjadi pribadi yang utuh. Penelitian yang dilakukan oleh Sheldon et al. (2001) menguatkan pandangan ini, bahwa dukungan dalam hubungan interpersonal berkaitan langsung dengan pertumbuhan psikologis individu.
Melalui pemahaman akan teori-teori tersebut, kita dapat mengasah keterampilan komunikasi, memahami kebutuhan sosial orang lain, dan membangun relasi yang saling memperkaya.
Pada akhirnya, hubungan interpersonal yang sehat bukan hanya memberi manfaat emosional, tetapi juga menjadi wadah untuk saling mendukung dalam tumbuh dan berkembang sebagai manusia