Mojokerto – Kasus bunuh diri Novia Widyasari Rahayu (23), mahasiswi asal Mojokerto menuai banyak perhatian. Dara cantik itu ditemukan meninggal di samping makam ayahnya di pemakaman Dusun Sugihan, Desa Japan, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto pada Kamis (2/12/2021).
Novia bunuh diri karena depresi usai mantan kekasihnya, Bripda Randy Bagus Hari Sasongko (21), bersepakat melakukan aborsi sebanyak dua kali.
Perempuan harus lebih dewasa
Psikolog dari Duta Amanah Indonesia (DAI) Surabaya, Dewi Novita Kurniawati,S.Psi menyarankan agar perempuan-perempuan dapat mengambil pelajaran dari kasus tersebut.
“Perempuan ditakdirkan dengan perasaan. Ketika perasaan itu sudah dikuasai oleh cinta maka rasio dan logika tidak bisa digunakan. Korban seorang intelek dan dari akademisi yang tentunya sudah punya pengalaman. Ia rela mengorbankan apapun untuk mempertahankan love dan sebenarnya korban sudah memahami resikonya, ” ungkap Dewi kepada satukanal.com, Kamis (24/2/2022).
Lebih lanjut menurut Dewi, korban kehilangan figur seorang ayah yang diharapkan akan menjadi perlindungan.
Menurutnya, dilihat dari kronologis yang membuat korban sampai depresi dan bunuh diri berarti tekanan dari berbagai arah dan semua ditanggung korban sendiri. Selain krn korban tipe introvet ada tekanan secara psikis dari pelaku dan keluarganya.
“Ibaratkan botol air mineral yang dipenuhi oleh masalah, korban akhirnya tumpah dan tidak ada yang dijadikan tempat mengadu karena ia anggap merupakan aib. Selain itu adanya ancaman tekanan dari pihak ketiga dan pelaku, ” terangnya.
Spiritual Quotion, antara rasio dan logika
Sebagai kaum hawa harus mulai belajar menggunakan rasio dan logika sehingga memiliki filter yang kuat dalam menghadapi semua masalah.
Faktor Spiritual Quotion sebagai benteng utama dalam diri manusia sehingga bentuk kedekatan kita dengan sang Khaliq akan menyelamatkan kita dari godaan yang menyesatkan.
“Selain itu, keterbukaan antara anak dan orang tua penting untuk dibangun sehingga akan ada solusi yang bisa didapat, ” tuturnya.